2020-10-26

Masalah Prioritas Bahan Penelitian Linguistik

Pendahuluan

Latar belakang

Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa sebagai objek kajiannya. Oleh karena itu, dalam ilmu linguistik ini akan membahas beberapa bagian atau komponen-komponen penting yang harus diketahui serta di aplikasikan dalam menyelesaikan suatu penelitian dengan bahasa sebagai objek kajian dasarnya.

Ada beberapa bahasan yang akan di bahas, yaitu ilmu yang berurusan dengan bahasa dan masalah prioritas bahan.

 

Pembahasan

Linguistik dan bahasa yang pertama-tama dan terutama layak dilibatkan dalam rangka pratek penggunaan metode. Dengan kata lain, demi kejelasan pelaksanaan penggunaan metode linguistik.

1. Hal-hal yang Membingungkan

Ada empat hal yang dapat membingungkan dalam mengidenfikasian disiplin ilmu yang disebut linguistik:

a.       Ilmu yang berurusan dengan bahasa

Ilmu-ilmu yang dimaksud paling tidak dapat dibedakan menjadi lima macam:

1. ilmu tentang bahasa atau ilmu-ilmu tentang aspek-aspek bahasa, dan bahasa disitu dalam artian harfiah.

2. Ilmu-ilmu tentang bahasa, dan bahasa disitu dalam artian metaforis.

3. Ilmu yang salah satu daarnya bahasa, dan sebagai salah satu dasar kadang-kadang dasar itu yang terutama.

4. Ilmu-ilmu tentang pendapat mengenai bahasa.

5. Ilmu tentang ilmu (tentang) bahasa.

Dari kelima komponen tersebut, yang murni linguistik adalah komponen yang pertama yaitu ilmu tentang bahasa, atau ilmu-ilmu tentang aspek bahasa, bila hal itu menyakut cabang-cabang linguistik.

b.  Adanya pengertian bahasa yang bersifat ganda

Disamping dalam arti harfiah, istilah bahasa dipakai juga dalam arti metaforis. Dalam hal ini, istilah bahasa bukan menunjuk pada “bahasa” yang dipakai dalam komunikasi biasa, yang berupa bunyi tutur yang diartikulasikan (diucapkan atau dikecapkan).

c.         Adanya istilah linguistik yang bukan untuk menunjuk linguistik

Disamping istilah linguistik ada pula istilah metalinguistik, paralinguistik, etnolinguistik, sosiolinguistik, psikolinguistik, dan sejarah linguistik. Ilmu-ilmu yang memakai nama linguistik semacam itu cukup banyak. Tidak setiap ilmu yang menggunakan nama tambahan linguistik termasuk linguistik. Maka dalam rangka pembicaraan metode linguistik hanya yang benar-benar linguistiklah yang layak dilibatkan.

d.         Adanya linguistik yang berperan ganda

Orang-orang yang berperan sebagai linguis sering tidak hanya menangani masalah-masalah kebahasaan saja, dan dalam menangani masalah itu pun tidak hanya secara linguistik saja. Karena jelas, apa yang dikerjakan oleh si linguis tidak harus selalu berarti kegiatan yang linguistik sifatnya dan mengahasilkan linguistik.

2. Dua masalah: Lingkup bahasa dan linguistiknya

Ada dua masalah yang perlu dijernihkan mengingat akan keterbatasan-keterbatasan yang ada untuk pembicaraan metode linguisti itu:

1. Menyangkut objek ilmiah linguistik

Bahasa dalam arti harfiah masih dapat menunjuk aneka macam jenis bahasa: bahasa lisan, bahasa tulis, bahasa indonesia, bahasa baku, bahasa sehari-hari, bahasa internasional, bahasa nasional, dsb.

2. Menyakut jenis dan cabang linguistik

Karena aspek-aspek bahasa itu cukup banyak, maka ilmu yang menangani pun cukup banyak. Ada linguistik deskriptif yang sinkronik dan linguistik histori komparatif yang diakronik, masih ada fonemik, morfologi, sintaksis dan semantik.

3. Jenis Bahasa yang Berskala Prioritas Tinggi untuk Diteliti

Bila di atas disebut-sebut aneka macam jenis konsep bahasa yang mengacu pada fakta bahasa, makan hal itu sudah pasti menyarankan bahwa bahasa apapun yang tercankup dalam konsep itu termasuk objek sasaran linguistik. Bahasa lisan, bahasa tulis, bahasa indonesia, bahasa baku, bahasa sehari-hari, bahasa internasional, bahasa nasional, dsb. Kesemuanya memilih metode penangananya, namun kesemuanya bukan peluang yang sama untuk diprioritaskan sebagai konsep yang digunakan untuk mengacu pada fakta objek sasaran linguistik, sebab tidak ada satu pun konsep itu yang mengubah atau dimaksudkan untuk mengubah kedudukan fakta bahasa itu sendiri sebagai objek sasaran linguistik.

Fakta bahasa itu akan tetap sempurna dan sahi sebagai objek sasaran linguistik. Sejauh fakta bahasa itu sahih dan sempurna pula bagi penutur-penuturnya. Kesahihan itu dilihat dari kemampuannya menjalankan tugas, yaitu sebagai pengembang akal budi para penuturnya dan pemelihara hubungan kerja sama antar penutur itu. Fakta bahasa demikian itu adalah fakta bahasa yang ilmiah. Apa pun bahasa itu, asalkan dia bahasa ilmiah, dia memiliki peluang untuk diteli dalam skala prioritas yang tertinggi. Karena masih ada hal yang di perhitungkan. Hal yang dimaksud ialah:

a.       Alat penghadirnya

b.       Pemakainya

c.       Suasana atau situasi pemakainya

d.       Kadar keeratan hubungan bahasa ilmiah yang bersangkutan dengan si penelitinya.

Jenis yang pertama, yang menghadirkan bunyi, umum disebut “bahasa lisan”, dan jenis yang kedua, yang penghadirnya tulisan umum tersebut “bahasa tulis”. dari kedua jenis sebagai bahasa ilmiah, yang pertamlah yang dianggap sebagai primer. Ada empat alasan yang dapat di berikan:

1. Bahasa tulis ternyata adanya sebagai turunan dari bahasa lisan.

2. Bahasa tulis baru ada beberapa puluh abad yang lalu.

3. Bahasa tulis tidak melingkupi semua masyarakat bahasa yang ada di muka bumi.

4. Bahasa tulis masyarakat konon selalu dipelajari dan dikuasai setelah penuturnya memahami bahasa lisan masyarakat yang bersangkutan.

Dengan demikian, dalam rangka penelitian bahasa ilmiah, pada bahasa lisanlah prioritas tertinggi yang diberikan. Ada beberapa alasan mengapa penghayatan terhadap bahasa yang akan diteliti itu dapat dipandang sebagai syarat yang amat penting. Hal itu bersangkutan dengan kedudukan kunci penghayatan itu bagi penjelasan terhadap paling tidak lima hal berikut:

1. Penghayatan itu akan menjamin pengumpulan data atau pemilihan bahan yang terpercaya dan sahih.

2. Penghayatan itu akan menuntun pembacaan kembali terhadap “rekaman” data yang tercatat pada kartu data sesuai dengan kebenarannya.

3. Penghayatan itu akan mampu”mengembalikan” bentuk lisannya.

4. Penghayatan itu akan menuntun ke arah kreativitas cara penanganan dalam saat pengujian data (yang terpercaya dan sahih itu demi penjelasan seluk beluknya).

5. Penghayatan itu merupakan pengontrol satu-satunya terhadap kesahihan bahasa objek sasaran sebagai bahasa lisan yang benar-benar dipakai secara wajar oleh penutur-penuturnya yang sepenuhnya normal.

Dengan disebutnya penghayatan itu sebagai syarat kelima yang diprioritaskan tertinggi dalam skal prioritas pemilihan objek, maka lengka[plah syart-syarat itu.

Langkah-langkah statergi demi penerampilan penlitian:

1. si peneliti memang hanya meneliti bahasa ibu peneliti itu sendiri atau bahasa pertamanya.

2. Si peneliti layak meneliti bahasa yang hidup sejaman dengannya dan yang yang bersangkutan sekerabat atau setipe dengan bahasa pertamanya.

3. Si peneliti layak meneliti bahasa-bahaasa lainnya yang tidak sekerabat atau setipe namun juga hidup sejaman dengan penelitinya.

4. Si peneliti layak meneliti bahasa yang hidup di masa lalu yang terekam dalam naskah-naskah yang terbaca dengan titik berat pada jenis bahasa kuno.

Prinsip yang jelas tidak harus berarti secara otomatis menyingkirkan hal-hal faktual yang kurang jelas, dalam hal ini penggunaan tertentu suatu bahasa.

4. Jenis Linguistik yang Dasariah dan Cabang Linguistik yang Paling Utama

a)       Jenis linguistik yang dasariah

Pada umumnya diterima padangan bahwa jenis linguistik itu ada dua: linguistik sinkronik dan linguistik diakronik. Dalam hal ini, yang dasariah adalah linguistik sinkronik. Hal itu disebabkan oleh fakta bahwa ada dan berkembangnya linguistik diakronik baru mungkin bila didasarkan pada ada dan berkembangnya linguistik sinkronik. Maka dalam kaitannya dengan usaha penggunaan metode linguistik, pemilihan yang titik beratnya pada metode linguistik sinkronik dipandang sebagai tindakan yang paling tepat.

b)         cabang linguistik yang paling pertama

Umumnya dikenal dengan empat cabang: fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi sering disebut dengan bunyi atau tatabunyi, morfologi ilmu tatabentuk kata, sintaksis ilmu tatakalimat, dan semantik ilmu tatamakna. Tiga cabang utama lebih menyangkut lingual, satu cabang sisanya lebih cenderung menyangkut bentuk-bentuk lingual.

5. Metode yang Layak Dipilih

Metode yang layak dipilih ialah metode yang antara lain:

1. Menyangkut bahasa ilmiah yang dilisankan dalam situasi pemakaian yang wajar oleh pemakai yang normal dan terhayati oleh si peneliti

2. Menyangkut sintaksis linguistik sinkronik, maka dapat ditegaskan wujud konkret serta penggunaan metode yang di anjurkan ialah metode sintaksis klausal bahasa indonesia sekarang, atau kalau tidak, metode sintaksis beberapa bahasa daerah di indonesia yang diasumsikan (sebuah diandaikan) kita hayati bersama.

 

Kesimpulan

            Dengan demikian, dalam rangka penelitian bahasa ilmiah, pada bahasa lisanlah prioritas tertinggi yang diberikan. Ada beberapa alasan mengapa penghayatan terhadap bahasa yang akan diteliti itu dapat dipandang sebagai syarat yang amat penting.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Sudaryanto. 1988. METODE LINGUISTIK BAGIAN PERTAMA Ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University press.

2020-10-11

Metode Penelitian Lingustik

PENDAHULUAN

            Bahasa merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dengan manusia dalam kehidupan kesehariannya. Dalam melakukan aktifitasnya, manusia tidak terlepas dari menggunakan bahasa. Bahasa adalah bagian dari kehidupan manusia untuk berkomunikasi sesama manusia. Oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi manusia, baik lisan maupun tulisan.

            Bahasa sebagai dasar kebudayaan dapat digunakan untuk menyelidiki kegiatan-kegiatan di luar kegiatan berbahasa itu sendiri. Dari ujaran yang disampaikan sesorang, kita tidak hanya bisa menangkap keinginan orang tersebut, tetapi juga adat istiadatnya, latar belakang pendidikannya, dan lain sebagainya

            Penelitian bahasa dapat memberikan data kearah pemahaman unsur-unsur bahasa yang bersifat universal. Dari hasil analisis bahasa, para linguis telah mencoba mencari sifat universal bahasa. Antara kerja lapangan dengan pemerian bahasa juga mempunyai hubungan langsung. Semakin banyak penelitian bahasa dilakukan, akan semakin banyak pula informasi yang kita miliki tentang keanekaragaman Bahasa

            Alasan lain kenapa penelitian bahasa itu perlu dilakukan adalah untuk mengetahui bagaimana sebetulnya bentuk bahasa itu baik ketika diucapkan maupun dituliskan dan bagaimana dia berfungsi. Pengetahuan ini sangat penting baik untuk kepentingan pengajaran bahasa pertama, bahasa kedua, maupun bahasa asing. Hasil penyelidikan tentang bahasa ini sangat diperlukan untuk penentuan bahan pelajaran dan cara mengajarkannya. Hal itu dapat dilakukan melalui studi bahasa dengan melakukan penelitian atau analisis bahasa.


PEMBAHASAN

Kedudukan Relatifitasnya Sebagai Komponen Ilmu Bahasa :

A.    Komponen – Komponen Ilmu Bahasa

Ada 3 komponen yang dapat  dicatat membentuk wujud kegiatan ilmiah yang disebut linguistik :

                              i.          Objek sasaran khusus yang berupa bunyi tutur atau berwujud bahasa tutur.

                            ii.          Kerangka pikiran mengenai bahasa (langage).

                          iii.          Dugaan mula mengenai asas tertentu yang mengatur aspek tertentu bahasa tertentu.

Ketiga komponen ini sifatnya cenderung eksplisit dan tegas, dalam arti selalu disadari adanya dan dapat dirumuskan oleh linguis yang lain (yang baik) yang sedang menjalankan tugas penelitiannya.

 

B.    Berkaitan Metode dan Teori

Metode berkaitan dengan kerangka pikiran atau teori. Dalam pelaksanaan penggunan metode  ini dapat disebut “Pendekatan” atau “Appoach, teori diperlukan sebagai “Pembimbing”. Maksudnya adalah sebagai contoh jika kita ingin membuktikan kebenaran hipotesis maka yang menuntun dan memberi arah pendekatan adalah teori. Oleh karena itu teori haruslah memberi pemahaman mengnai objeknya. Itulah sebabnya teori dapat pula disebut “Tuntunan kerja” sebagai imbangan metode yang dapat disebut juga “Cara Kerja”.

Metode  (linguistik) yang baik haruslah sesuai dengan sifat objek-objeknya yaitu bahasa. Maka teorilah yang “Memberitahukan” mengenai sifat itu (misalnya bahasa bersifat linear juga bersifat arbitrer dan konvensional). Sehingga memungkinkan metode tertentu yang satu dapat digunakan sebaik-baiknya.

 

C.    Metode dan Teknik

Agar metode dapat bermanfaat untuk mewujudkan kegiatan ilmiah linguistik haruslah digunakan dalam pelaksanaan yang konkret. Untuk itu, metode sebagai cara kerja haruslah dijabarkan sesuai dengan alat dan sifat alat yang dipakai. Jabaran metode yang sesuai dengan alat beserta sifat alat yang dimaksud disebut “Teknik” sedangkan tahapan atau urutan penggunaan dapat pula disebut “Prosedur”.

D.    Contoh Sekadarnya Demi Penjelasan Konsep Yang Dimaksudkan

            Fenomena-fenomena penggunaan bentuk lingual yang secara teknisi dapat dikelompokkan dalam jenis adverbia. Salah satu fenomena itu adalah penggunaan bentuk adverbia secara bijaksana. Misalnya dalam tuturan berikut ini:

1.     Secara bijaksana dia menjawab semua pertanyaan peserta sidang.

2.     Pak Lirahsecara bijaksana mengemukakan pendapatnya.

3.     Paman berusaha mengatasi kemelut keluarganya secara bijaksana.

Ketiga tuturan itu dipandang sebagai data. Berdasarkan data tersebut, timbul berbagai pertanyaan mengenai adverbia secara bijaksana pada pertanyaan itu berarti kita mengkhususkan bentuk secara bijaksana itu sebagai pusat perhatian atau objek sasaran, dengan tuturan (1), (2), dan (3) itu sebagai datanya. Misalkan saja pertanyaan itu mengenai tempat atau letak adverbia secara bijaksana dalam susunan beruntun konstituen tuturannya.

Dalam mengajukan hipotesis yang berupa:

a.      Perbedaan tempat menunjukkan perbedaan maksud

b.     Tempat yang di depan menunjukkan penonjolan, pementingan, atau permintaan lebih diperhatikan

c.      Tempat yang di depan menunjukkan bahwa “cara yang bijaksana itu” diyakini benar dan tidak terbantahkan bagi si penutur, maka hal itu lepas dari latar belakang perkiraan yang membimbing si peneliti ke arah dugaan itu menyangkut

a)     Orang dibimbing oleh prinsip bahwa bentuk tuturan yang berbeda selalu mengandung aspek kemaknaan (dapat makna, dapat arti) yang berbeda.

b)     Orang dibimbing oleh prinsip bahwa pementingan bagian tuturan secara umum dilakukan mengawalkan bagian tuturan itu dalam rentetan ujaran

c)     Orang dibimbing oleh prinsip bahwa penilaian subjektif dari si penutur terhadap fakta yang dituturkan akan ditempatkan pada bagian-bagian awal tuturannya.

Dalam teori mengenai perhitungan peranan penutur bahasa dalam upaya menentukan perbedaan makna, khususnya makna dalam bentuk tuturan yang mirip strukturnya. Hipotesis akan tetap menjadi hipotesis kalau tidak diupayakan untuk kebenarannya.

            Penggunaan bahasa sedang berlangsung baik secara lisan atau tulisan itu semua disebut metode dan dalam metode itu adalah metode pengumpulan data. Dalam pengumpulan data itu digunakan alat perekam (jadi dengan merekamlah pengumpulan data dilakukan) maka merode itu dijabarkan dalam teknik rekam. Ada juga perekaman itu tidak dilakukan  kecuali langsung saja dilakukan pencatatan pada kartu-kartu data yang sudah disediakan (jadi mencatat pada kartulah pengumpulan data dilakukan), maka metode itu dijabarkan atau diwujudkan dalam teknik catat.

 

 

PENUTUP

Kesimpulan

Kedudukan Relatifitasnya Sebagai Komponen Ilmu Bahasa :

A.    Komponen – Komponen Ilmu Bahasa

Ada 3 komponen yang dapat  dicatat membentuk wujud kegiatan ilmiah yang disebut linguistik :

                           iv.          Objek sasaran khusus yang berupa bunyi tutur atau berwujud bahasa tutur

                             v.          Kerangka pikiran mengenai bahasa (langage)

                           vi.          Dugaan mula mengenai asas tertentu yang mengatur aspek tertentu bahasa tertentu

B.    Berkaitan Metode dan Teori

            Metode  (linguistik) yang baik haruslah sesuai dengan sifat objek-objeknya yaitu bahasa. Maka teorilah yang “Memberitahukan” mengenai sifat itu (misalnya bahasa bersifat linear juga bersifat arbitrer dan konvensional). Sehingga memungkinkan metode tertentu yang satu dapat digunakan sebaik-baiknya.

C.    Metode dan Teknik

Agar metode dapat bermanfaat untuk mewujudkan kegiatan ilmiah linguistik haruslah digunakan dalam pelaksanaan yang konkret. Untuk itu, metode sebagai cara kerja haruslah dijabarkan sesuai dengan alat dan sifat alat yang dipakai. Jabaran metode yang sesuai dengan alat beserta sifat alat yang dimaksud disebut “Teknik” sedangkan tahapan atau urutan penggunaan dapat pula disebut “Prosedur”.

D.    Contoh Sekadarnya Demi Penjelasan Konsep Yang Dimaksudkan

            Fenomena-fenomena penggunaan bentuk lingual yang secara teknisi dapat dikelompokkan dalam jenis adverbia. Salah satu fenomena itu adalah penggunaan bentuk adverbia secara bijaksana. Misalnya dalam tuturan berikut ini:

4.     Secara bijaksana dia menjawab semua pertanyaan peserta sidang.

5.     Pak Lirahsecara bijaksana mengemukakan pendapatnya.

6.     Paman berusaha mengatasi kemelut keluarganya secara bijaksana.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

2020-10-05

Teknik balik, Teknik ubah wujud, Metode Agih


A.    Teknik balik

   Teknik balik yaitu teknik yang dilaksanakan dengan tidak mengubah jumlah serta wujud unsur satuan lingual yang ada. Teknik analisis yang berupa pembalikan unsur satuan lingual data itu akan menghasilkan tuturan antara lain berbentuk ANCD, ACBD, BCDA bila tuturan data semula berbentuk ABCD. Sehingga teknik balik yang berubah hanya satu lingual saja.

   Kegunaan yang terutama teknik balik yaitu untuk mengetahui kadar ketegaran letak suatu unsur dalam susunan berurutan. Bila unsur tertentu dipindahkan tempatnya dalam susunan berurutan maka unsur yang bersangkutan memiliki kadar ketegaran letak yang rendah (kurang tegar). Selain itu kegunaan teknik balik adalah untuk mengetahui kadar kepositifan antara dua unsur yang sama informasinya. Bila dua unsur yang berurutan dan sama informasinya itu dapat diterbalikkan letaknya maka berarti kadar kepositifan itu tinggi dan bila tidak maka rendah.

·       Jenis teknik balik

Teknik balik dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu :

1.     Teknik balik tunggal biasa atau teknik BTB

2.     Teknik balik tunggal loncat atau teknik TBTL

3.     Teknik balik ganda biasa atau teknik GBGB

4.     Teknik balik ganda loncat atau teknik TBGL

 

B.    Teknik ubah wujud

   Teknik analisis yang berupa pengubahan wujud yang prafrasa itu akan menghasilkan tuturan antara lain benruk CBAD dengan B dan A yang berupa wujud, bila tuturan semula berbentuk ABCD.

   Kegunaan dari teknik mengubah wujud antara lain; menentukan satuan makna konstituen sintaksis yang disebut “peran” (seperti pelaku atau agnesif, penderita, atau objektif dan sebagainya), yang kedua mengetahui pola struktural peran, serta mengetahui tipe tuturan berdasarkan pola struktural.

 

·       Jenis teknik ubah wujud

   Pertama cenderung terkait dengan penandaan gramatikal, baik dengan morfem terikat maupun dengan kata, khususnya preposisi. Teknik ini disebut teknik ubah wujud terikat dengan teknik UUI. Kedua cenderung terkait dengan penandaan semantis leksikal. Teknik ini disebut teknik ubah wujud tak terikat atau teknik UUTI.

   Jika dua dimensi pengubahan wujud itu dipertimbangkan maka akan terdapat empat jenis teknik ubah wujud yaitu:

1.     Teknik ubah wujud terikat atau teknik UUIR

2.     Teknik ubah wujud terikat kerut atau teknik UUIK

3.     Teknik ubah wujud tak terikat rentang atau teknik UUTIR

4.     Teknik ubah wujud tak terikat kerut atau teknik UUTIK

 

C.    Metode Agih

Metode agih adalah metode analisis data yang alat penentunya justru bagian dari bahasa itu. Alat penentu dalam rangka kerja metode agih itu selalu berupa bagian atau unsur dari bahasa objek sasaran penelitian itu sendiri, seperti kata (kata ingkar, preposisi, adverbia), fungsi sintaksis (subjek, objek, predikat), klausa, silabe kata, titinada, dan yang lain. (Sudaryanto, 1993: 15-16)

1.     Metode Agih Teknik Lanjutan

Metode agih teknik lanjutan terbagi 7 :

a.      Pelesapan, delesi, atau teknik lesap

b.     Penggantian, substitusi, replesemen, atau teknik ganti

c.      Perluasan, ekspansi, ekstensi, atau teknik perluas

d.     Penyisipan, interupsi, atau teknik sisip

e.      Pembalikan, permutasi, atau teknik balik

f.      Pengubahan wujud, parafrasa, atau teknik ubah

g.     Pengulangan, reletisi, atau teknik ulang

 


Daftar Pustaka :

Sudaryanto.1993.Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa;Pengantar Penelitian
    Wahana Kebudayaan Secara Linguistik.
Yogyakarta; Duta Wacana University Press

 

2020-09-25

Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

 A.    Metode Peyajian Informasi dan Formal

Metode penyajian informasi dan formal merupakan perumusan dengan kata-kata biasa walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya. Sedangkan penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang. Tanda yang dimaksud ialah tanda tambah (+), tanda kurang (-), tanda bintang (*), tanda panah (à), tanda kurung ([ ]), adapun lambang yang dimaksud diantaranya: lambang huruf sebagai singkatan nama (S, P, O, K), lambang sigma untuk satuan kalimat, dan berbagai diagram

Berikut contoh yang diambil dari laporan penelitian Sudaryanto: Beberapa Kata Non-referensial dalam Bahasa Indonesia. Misalnya perihal kaidah penggunaan kata pula dalam bahasa Indonesia. Dari antara sekian penggunaan kata pula, kata tersebut dappat digunakan dalam kalimat majemuk yang bertipe hubungan pendasaran. Dari analisis yang saksama dan cermat, dapat diketahui kaidah pemakaiannya sebagai berikut:

1.     Kata pula itu berdistribusi paralel dan sinonim dengan jua, tetapi tidak dengan pun.

2.     Klausa dasar yang membentuk kalimat yang mengandung pula itu, konstituen predikat atau P-nya berupa adjektiva atau A

Adapun mengenai kalimat manajemuknya itu sendiri dapat diketahui ciri-cirinya sebagai berikut

a.      Klausa yang pertama merupakan dasar atau alas (hanya secara lingual, buka secara logis), sedangkan klausa yang kedua merupakan klausa yang didasarkan.

b.     Baik klausa pertama maupun klausa kedua diawali dengan kata makin, semakin, tambah, bertambah, atau kian.

c.      Dan bila klausa pertama diawali dengan makin, maka demikian pula klausa kedua; demikian seturusnya, bila klausa pertama diawali dengan semakin klausa kedua juga semakin; bila klausa pertama diawali dengan tambah, klausa kedua juga dengan tambah.

 

B.    Tanda dan Lambang Beserta Penggunaannya dalam Metode Penyajian Kidah

Metode ini memakai metode penyajian formal

1.     Tanda asterisk atau bintang

Tanda asterisk atau bintang (*) ini diletakan pada setengah spasi ke atas dari bagian awal formatif. Tanda ini digunakan untuk menyatakan bahwa ujaran tersebut ‘dilarang” adanya dalam sistematik bahasa yang bersangkutan. Pelarangan itu terkait dengan kidah yang dilanggar atau tidak mungkin terjadi.

Contoh:

a.      Dia memberi Ali apa?

b.     *Dia memberi apa Ali?

c.      Dia memberi apa kepada Ali?

d.     Dia mengambil payung.

e.      Mengambil payung dia.

f.      *Dia Payung mengambil.

g.     *Payung dia mengambil.

h.     *Payung dia mengambil.

i.       Ali memakannya.

j.       *Ali makannya.

k.     Ali membencinya

l.       *Ali bencinya.

m.   Menyeberanglah!

n.     *Menyeberangila!

o.     *Seberanglah!

p.     Sebrangilah!

Yang bertanda asterisk atau bintang itu tidak dibenarkan adanya pada bahasa Indonesia karena melanggar kaidah kekalimatan. Jadi, menyeleweng secara gramtikal atau tidak gramatikan. Contoh pemakaian asterisk yang lain dapat dilihat pada pasal e,f,g,h.

2.     Tanda kurung

Tanda kurung yang cukuo dikenal ada tiga, yaitu kurung biasa atau kurung bundar ( ), kurung kurawal { }, dan kurung siku atauu pesergi [ ]. Di samping itu, ada juga kurung bersudut < >, yang kurang begitu dikenal.

a.      Kurung biasa atau bundar

Tanda ini untuk menyatakan bahwa formatif yang ada di dalamnya memiliki opsionaltias atau bersifat opsional. Jadi boleh ada atau boleh tidak dipakai. Dalam hal ini, kostituen itu boleh berada dalam tataran kalimat, frasa, morfem, atau yang lain.

Contoh:

1.     Diundang (oleh) adik

2.     (K)KVK

3.     S P (O) (K)

4.     S P (O K)

b.     Kurung kurawal

Tanda ini untuk menyatakan bahwa beberapa formatif yang ada di dalam yang disusun secara berlajur dapat dan perlu dipilih salah satu manakah digunakan bersama satuan linguan lain yang ada di depan atau di belakangnya.

c.      Kurung persegi

Tanda ini selalu dipakai berpasangan; jadi, dua atau bahkan dapat lebih dari dua; dan menyatakan bahwa beberapa formatif yang ada di dalamnya yang disusun secara berlajur dapat dan perlu dipilih salah satu dengan syarat: bila formatif yang pertama adalam kurung persegi pertama yang dipilih maka formatif kedua dalam kurung persegi kedua pula yang dipilih; demikian setrusnya. Hal ini juga berlaku bagi formatif dalam kurung persegi keiga, keempat, dan seterusnya bila ada.

 

3.     Beberapa tanda yang lain

a.      Tanda silang rangkap #

Tanda ini sebagai batas satuan linguan. Satuan linguan ini dipakai sebagai batas satuan linguan. Satuan lingual yang dimaksud ialah kata, silabel, frasa, kalimat, dan yang lain.

b.     Tanda garis agak panjang

Tanda ini panjangnya dua atau tiga huruf, dipakai untuk menunjukkan konstituen apa saja.

c.      Tanda titik-titik ke bawah ! .

Tanda ini terdiri atas tiga sampai lima titik, menunjukkan bahwa dalam lajur yang bersagkutan masih dapat ditambahkan satuan-satuan lingual lain yang sejenis.

d.     Tanda anak panah à

Tanda ini untuk menunjukan bahwa konstituen di sebelah kiri anak panah terdiri atau konsituen yang berada di sebelah kanan anak panah.

e.      Tanda “sama dengan” yang terpalang

Tanda ini untuk menunjukan ketidaksamaan.

f.      Tanda menyudut ke kiri < atau ke kanan >

Tanda ini untuk menunjukan bahwa yang berada di sebelah kiri tanda menyudut ke kiri yang berada di ssebelah kanan tanda menyudut ke kanan didevasikan dari yang berada di sebelahnya itu.

 

4.     Beberapa Lambang

Huruf tertentu, seperti S, P , O, N, FN, FV, sering muncul sebagai lambang untuk fungsi dan kategori sintaktik dalam tataran sintaksis; huruf tertentu yang lain, seperti K dan  V, muncul sebagai lambang untuk bunyi fonetik atau fomenik; dan D sebagai lambang untuk morfem tempat menempelnya afiks. Sementara itu huruf sigma sebagai lambang satuan kalimat.

 

5.     Diagram sebagai penunjuk proses dan atau hubungan antar-fenomen lingual

Pada umumnya penyajian formal dilengkapi dengan diagram tertentu. Hal itu terjadi khususnya kalau proses linguan dan atau hubungan antara fenomen lingual akan ditampakkan.

 

C.    Kegunaan Penyajian Kaidah Dengan Metode Informal dan Formal

Baik secara formal maupun informal sering dan memang baik digunakan dalam penyajian kaidah. Mana-kala metode informal digunakan, penjelasan tentang kaidah akan terkesankan rinci terurai. Dengan demikian rumusan atau aneka rumusan yang tersaji dan relatif panjang.

Sumber:

 

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa ( Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistik). Yogyakarta : Duta Wacana University Press.