2020-09-25

Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

 A.    Metode Peyajian Informasi dan Formal

Metode penyajian informasi dan formal merupakan perumusan dengan kata-kata biasa walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya. Sedangkan penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang. Tanda yang dimaksud ialah tanda tambah (+), tanda kurang (-), tanda bintang (*), tanda panah (à), tanda kurung ([ ]), adapun lambang yang dimaksud diantaranya: lambang huruf sebagai singkatan nama (S, P, O, K), lambang sigma untuk satuan kalimat, dan berbagai diagram

Berikut contoh yang diambil dari laporan penelitian Sudaryanto: Beberapa Kata Non-referensial dalam Bahasa Indonesia. Misalnya perihal kaidah penggunaan kata pula dalam bahasa Indonesia. Dari antara sekian penggunaan kata pula, kata tersebut dappat digunakan dalam kalimat majemuk yang bertipe hubungan pendasaran. Dari analisis yang saksama dan cermat, dapat diketahui kaidah pemakaiannya sebagai berikut:

1.     Kata pula itu berdistribusi paralel dan sinonim dengan jua, tetapi tidak dengan pun.

2.     Klausa dasar yang membentuk kalimat yang mengandung pula itu, konstituen predikat atau P-nya berupa adjektiva atau A

Adapun mengenai kalimat manajemuknya itu sendiri dapat diketahui ciri-cirinya sebagai berikut

a.      Klausa yang pertama merupakan dasar atau alas (hanya secara lingual, buka secara logis), sedangkan klausa yang kedua merupakan klausa yang didasarkan.

b.     Baik klausa pertama maupun klausa kedua diawali dengan kata makin, semakin, tambah, bertambah, atau kian.

c.      Dan bila klausa pertama diawali dengan makin, maka demikian pula klausa kedua; demikian seturusnya, bila klausa pertama diawali dengan semakin klausa kedua juga semakin; bila klausa pertama diawali dengan tambah, klausa kedua juga dengan tambah.

 

B.    Tanda dan Lambang Beserta Penggunaannya dalam Metode Penyajian Kidah

Metode ini memakai metode penyajian formal

1.     Tanda asterisk atau bintang

Tanda asterisk atau bintang (*) ini diletakan pada setengah spasi ke atas dari bagian awal formatif. Tanda ini digunakan untuk menyatakan bahwa ujaran tersebut ‘dilarang” adanya dalam sistematik bahasa yang bersangkutan. Pelarangan itu terkait dengan kidah yang dilanggar atau tidak mungkin terjadi.

Contoh:

a.      Dia memberi Ali apa?

b.     *Dia memberi apa Ali?

c.      Dia memberi apa kepada Ali?

d.     Dia mengambil payung.

e.      Mengambil payung dia.

f.      *Dia Payung mengambil.

g.     *Payung dia mengambil.

h.     *Payung dia mengambil.

i.       Ali memakannya.

j.       *Ali makannya.

k.     Ali membencinya

l.       *Ali bencinya.

m.   Menyeberanglah!

n.     *Menyeberangila!

o.     *Seberanglah!

p.     Sebrangilah!

Yang bertanda asterisk atau bintang itu tidak dibenarkan adanya pada bahasa Indonesia karena melanggar kaidah kekalimatan. Jadi, menyeleweng secara gramtikal atau tidak gramatikan. Contoh pemakaian asterisk yang lain dapat dilihat pada pasal e,f,g,h.

2.     Tanda kurung

Tanda kurung yang cukuo dikenal ada tiga, yaitu kurung biasa atau kurung bundar ( ), kurung kurawal { }, dan kurung siku atauu pesergi [ ]. Di samping itu, ada juga kurung bersudut < >, yang kurang begitu dikenal.

a.      Kurung biasa atau bundar

Tanda ini untuk menyatakan bahwa formatif yang ada di dalamnya memiliki opsionaltias atau bersifat opsional. Jadi boleh ada atau boleh tidak dipakai. Dalam hal ini, kostituen itu boleh berada dalam tataran kalimat, frasa, morfem, atau yang lain.

Contoh:

1.     Diundang (oleh) adik

2.     (K)KVK

3.     S P (O) (K)

4.     S P (O K)

b.     Kurung kurawal

Tanda ini untuk menyatakan bahwa beberapa formatif yang ada di dalam yang disusun secara berlajur dapat dan perlu dipilih salah satu manakah digunakan bersama satuan linguan lain yang ada di depan atau di belakangnya.

c.      Kurung persegi

Tanda ini selalu dipakai berpasangan; jadi, dua atau bahkan dapat lebih dari dua; dan menyatakan bahwa beberapa formatif yang ada di dalamnya yang disusun secara berlajur dapat dan perlu dipilih salah satu dengan syarat: bila formatif yang pertama adalam kurung persegi pertama yang dipilih maka formatif kedua dalam kurung persegi kedua pula yang dipilih; demikian setrusnya. Hal ini juga berlaku bagi formatif dalam kurung persegi keiga, keempat, dan seterusnya bila ada.

 

3.     Beberapa tanda yang lain

a.      Tanda silang rangkap #

Tanda ini sebagai batas satuan linguan. Satuan linguan ini dipakai sebagai batas satuan linguan. Satuan lingual yang dimaksud ialah kata, silabel, frasa, kalimat, dan yang lain.

b.     Tanda garis agak panjang

Tanda ini panjangnya dua atau tiga huruf, dipakai untuk menunjukkan konstituen apa saja.

c.      Tanda titik-titik ke bawah ! .

Tanda ini terdiri atas tiga sampai lima titik, menunjukkan bahwa dalam lajur yang bersagkutan masih dapat ditambahkan satuan-satuan lingual lain yang sejenis.

d.     Tanda anak panah à

Tanda ini untuk menunjukan bahwa konstituen di sebelah kiri anak panah terdiri atau konsituen yang berada di sebelah kanan anak panah.

e.      Tanda “sama dengan” yang terpalang

Tanda ini untuk menunjukan ketidaksamaan.

f.      Tanda menyudut ke kiri < atau ke kanan >

Tanda ini untuk menunjukan bahwa yang berada di sebelah kiri tanda menyudut ke kiri yang berada di ssebelah kanan tanda menyudut ke kanan didevasikan dari yang berada di sebelahnya itu.

 

4.     Beberapa Lambang

Huruf tertentu, seperti S, P , O, N, FN, FV, sering muncul sebagai lambang untuk fungsi dan kategori sintaktik dalam tataran sintaksis; huruf tertentu yang lain, seperti K dan  V, muncul sebagai lambang untuk bunyi fonetik atau fomenik; dan D sebagai lambang untuk morfem tempat menempelnya afiks. Sementara itu huruf sigma sebagai lambang satuan kalimat.

 

5.     Diagram sebagai penunjuk proses dan atau hubungan antar-fenomen lingual

Pada umumnya penyajian formal dilengkapi dengan diagram tertentu. Hal itu terjadi khususnya kalau proses linguan dan atau hubungan antara fenomen lingual akan ditampakkan.

 

C.    Kegunaan Penyajian Kaidah Dengan Metode Informal dan Formal

Baik secara formal maupun informal sering dan memang baik digunakan dalam penyajian kaidah. Mana-kala metode informal digunakan, penjelasan tentang kaidah akan terkesankan rinci terurai. Dengan demikian rumusan atau aneka rumusan yang tersaji dan relatif panjang.

Sumber:

 

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa ( Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistik). Yogyakarta : Duta Wacana University Press.

Previous Post
Next Post

0 Comments: