2020-10-16

Deiksis

 

 

Deiksis

Menurut Soemarmo (1988:170) menyatakan bahwa apabila salah satu segi makna kata atau kalimat berganti karena bergantian konteks, kata atau kalimat itu mempunyai makna deiksis. Levinson (1983:55) menyatakan bahwa deiksis atau yang juga lazim disebut indexical expressions diidentifikasi dengan mencermati kondisi kebenaran suatu ujaran.

Contoh : Chairil Anwar adalah penyair Indonesia.

Ujaran tersebut mengandung suatu kebenaran setelah diidentifikasi kebenarannya melalui karya yang sudah dihasilkan.

Contoh lain : Aku anaknya Jokowi.

Kebenaran ujaran tersebut tergantung siapa yang mengujarkannya. Apabila yang mengujarkan tersebut orang lain selain anak Jokowi maka ujaran tersebut menjadi tidak berterima.

Sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan tergantung pada saat dan tempat dituturkannya kata itu. kata deiksis berasal dari kata yunani deiktikos, yang berarti hal yang penunjukkan secara langsung. Dalam istilah Inggris yaitu deictic dipergunakan sebagai istilah untuk pembuktian langsung (pada masa setelah Aristoteles) sebagai lawan dari istilah elenctic, yang merupakan istilah untuk pembuktian tidak langsung.

 

Levinson (1983:61-89) membagi deiksis menjadi beberapa teori

1. Deiksis persona

Deiksis persona adalah pengantaran atau penyampaian peran (role) dari pelibat komunikasi dari peristiwa penutur.

Deiksis persona terbagi menjadi 3 bagian:

a.       Orang pertama (saya) adalah bentuk gramatikalisasi penunjukan terhadap penutur atau pembicara itu sendiri.

b.       Orang kedua (kamu) adalah bentuk gramatikalisasi dari acuan yang digunakan oleh penutur terhadap lawantuturnya baik tunggal atau jamak.

c.       Orang ketiga (dia) adalah bentuk gratikalisasi dari ujaran yang dipakai oleh penutur oleh pembicara terhadap orang yang bukan mengacu kepada dirinya tau orang kedua.

 

2. Deiksis waktu

Deiksis waktu adalah sepesifikasi waktu yang ditunjukkan dalam suatu ujaran. Deiksis waktu juga terkait erat dengan peran partisipan. Contoh, sekarang dapat dikatakan sebagai titik pada waktu pada saat penutur sedang mengujarkan suatu uajaran yang menyatakan suatu aktifitas sedang berlansung. Contoh deiksis waktu lainya bisa, kemarin, besok, minggu depan, minggu kemarin dll.

3. Deiksis tempat

Deiksis tempat atau deiksis ruang adalah spesifikasi lokasi atau tempat sesuai dengan titik sauh dalam waktuperistiwa tutur (Oktavianus, 2006:98). Terdapat dua hal yang dilakukan dalam menghadapi suatu objek yaitu pendeskripsian atau penamaan dan penentuan lokasi atau tempatnya.

4. Deiksis wacana

Deiksis wacana adalah penggunaan ungkapan dalam suatu ujaran untuk merujuk ke bagian-bagian tertentu dari suatu ujaran. Menurut Levinson (1983:85) deiksis waktu dapat saja digunakan untuk menyatakan porsi-porsi tertentu dari suatu wacana.

5. Deiksis sosial

Deiksis sosial adalah aspek-aspek kalimat yangmerefleksikan atau ditentukan oleh realitas tertentu dari situasi sosial pada saat munculnya suatu tindak ujar. Levinson juga mengemukakan bahwa ada dua jenis informasi yang mengandung deiksis sosial yaitu relational dan absolut. Variasi yang bersifat relational diantaranya yaitu:

a.       Penutur dan referen(honorifik referen)

b.       Penutur dan lawan tutur(honorifik lawan tutur)

c.       Penutur dan hadirin(honorok hadirin)

d.       Penutur dan lawan latar( tingkat keformalan)

Menurut Levinson (1983:90) dalam banyak bahasa dunia, pengucapan kalimat tertentu seperti the soup is hot dengan intonasi tertentu sudah mengandung rasa hormat terhadap lawan bicara tanpa harus menyebutkan jati diri lawan tutur. Sedangkan honorik untuk hadirin terkadang muncul jika ada kata-kata tabu yang harus diganti. Tetapi apabila bentuk honorik (1) sampai (3) lebih terfokus pada deiksis, hubungan antara penutur dengan latar lebih merupakan kaitan antara peran penutur dengan situasi.

Hubungan yang bersifat absolut melekat pada apa yang kita sebut “penutur yang memiliki otoritas”. Misalnya dalam bahasa Thai, morfem khrab adalah partikel yang menunjukkan kesopanan yang hanya digunakan oleh penutur laki-laki (Levinson, 1983:91)

 

Daftar Pustaka

 

Levinson, S.C. 1983. Pragmatics. London: Cambrige University Pres.

Oktavianus. 2006. Analisis Wacana Lintas Bahasa.  Padang: Andalas University Press.

Soemarmo, M. 1988. Pragmatik dan Perkembangan Mutahirnya. Artikel dalam PELLBA I. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya.

2020-10-15

Polaknas (Kesantunan Berbahasa)

 



  1. PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Makna sebuah tuturan sangat bervariasi tergantung pada situasi tutur yang melandasinya, tuturan tersebut berpengaruh pada proses komunikasi. Selain tuturan, konteks juga mempengaruhi dalam kelancaran komunikasi. setiap orang yang berkomunikasi (penutur dan lawan tutur) tentu saja mempunyai muka. Menjaga muka dapat dilakukan dengan memperhatikan kesantunan. Muka dibagi menjadi 2 bagian yaitu muka piositif dan muka negatif. Maka dalam makalah ini akan dibahas kedua hal tersebut.

  1. Rumusan Masalah

1.1  Apa itu kesantunan berbahasa?

1.2  Apa saja jenis-jenis kesantunan berbahasa?

 

  1. Tujuan

2.1  Mengetahui pengertian kesantunan berbahasa.

2.2  Mengetahui jenis-jenis kesantunan berbahasa.

 


  1. PENDAHULUAN

       Menurut Brown dan Levinson, setiap orang yang berkomunikasi (penutur dan lawan tutur) tentu saja mempunyai muka. Menjaga muka dapat dilakukan dengan memperhatikan kesantunan. Muka dibagi menjadi 2 bagian yaitu muka piositif dan muka negatif. Muka negatif adalah citra setiap orang yang berkeinginan agar dia dihormati dengan jalan memberikan kebebasan kepadanya untuk melakukan tindakannya. Sedangkan muka positif adalah citra seseorang yang berkeinginan agar apa yang dilakukannya, yang memiliki, nilai-nilai yang ia nyakini diakui orang sebagai sesuatu yang baik (Gunarwan, 1992:185).

Dalam Oktavianus (2006: 102-110)Tindak ujar yang mengancam muka disebut face-Threatening Act (FTA) karena ada dua muka yang terancam, kesantunan berbahasa dapat pula dibagi menjadi kesantunan positif dan kesantunan negatif.

1.     Kesantunan Positif

Brown dan Levinson (1994 dalam Oktavianus) mengemukakan sejumlah strategi berbahasa untuk menunjukan kesantunan negatif. Pengabaian strategi berbahasa menimbulkan kekecewaan di pihak lawan tutur. Sehingga lawan tutur merasa tidak hargai. Hal tersebut berdampak kepada proses komunikasi dan hubungan sosial di antara penutur bahasa. Sejumlah strategi komunikasi untuk menunjukan kesantunan positif sebagaimana dikemukakan Levinson, yaitu:

a.      Memberi perhatian dan simpati

Dengan cara seperti ini, lawan tutur meraga dihargai dan dihormati. Pada dasarnya ini juga dianggap sebagai bentuk pengakuan terhadap lawan tutur dalam berkomunikasi bahwa ia juga dihargai dan apresiasi.

Contoh ujarannya:

Sepertinya sudah malam. Mari kita pulang. Kamu pasti lelah.

b.     Gunakan pemarkah identitas

Pemarkah identitas yang dapat dipakai adalah bentuk-bentuk panggilan, dialek-dialek tertentu, jargon, slang, dan elipsis. Bentu-bentuk panggilan dalam bahasa Indonesia misalnya Abang, Bu, Pa, sayang, buah hatiku, anakku, dan sebaginnya.

Contoh ujarannya:

Anakku, buatkan bapak kopi.

c.      Tampakkan persetujuan dan hindari pertentangan

Secara naruriah, pada dasarnya manusia diakomodasi keinginan-keinginannya. Ia akan merasa dipermalukan apabila ditentang. Ujaran -ujaran yang menyatakan pertentangan membawa dampak negatif dalam berkomunikasi yang baik kesantunan positif diwujudkan dengan menggunakan ujaran yang menampakkan persetujuan.

Contoh : a   : bagaimana, semuanya sepakat?

         b    : iya, iya setuju.

d.     Tunjukkan kesamaan

Strategi ini dapat diwujudkan dengan memperlihatkan kesamaan-kesamaan minat dan keinginan dengan lawan tutur.

e.      Tawaran dan janji

Tawaran dan janji sering dipakai untuk menunjukkan kesantunan positif. Hal ini dapat dilakukan karena tawaran dan janji pada konteks tertentu mengandung harapan dan sesuatu yang diinginkan.

f.      Tunjukkan rasa optimisme

Menunjukkan rasa optimisme adalah cara lainnya untuk menyatakan keaantunan positif. Optimisme dapat menimbulkan motivasi dan pikiran positif.

g.     Tunjukkan  resiprokalitas

Resiprokalitas atau sesuatu yang dilakukan secara berbalas-balasan dapat juga dugunakan untuk menyatakan kesantunan positif sebagaimana terlihat pada contoh :

a.      Saya akan pinjamkan kamu kamus, kalau kamu meminjami buku itu.

b.     Kalau minggu lalu kamu yang mengunjungi saya, minggu depan saya akan mengunjubgu kamu pula.

 

2.     Kesantunan Negatif

Levinson seperti yang dikutip oleh Wijana (2004: 3 dalam Oktavianus) mengemukakan pula sejumlah strategi kesantunan negatif dalam berintegrasi. Strategi tersebut adalah penggunaan ungkapan tidak langsung, penggunaan pagar (hedges); bersikap pesimis, jangan membebani atau kurangi pemaksaan; menggunakan bentuk pasif atau gunakan bentuk imporsenal atau gunakan ujaran yang bersifat umum; menggunakan ungkapan permohonan maaf; dan menggunakan bentuk plural.

a.      Gunakan ujaran tidak langsung

Penggunaan ujaran tidak langsung dapat menyelamatkan muka penutur dan lawan tutur.

Contoh:

Aduh, kok panas sekali ya? (untuk minta air minum)

b.     Gunakan pagar

Pagar adalah partikel, kata atau frasa yang memodifikasi tingkat keanggotaan sebuah predikat atau frasa nomina. Dalam bahasa Inggris yang termasuk pagar(hedge) adalah sort of, regular, true, rather, pretty, dan lain-lain. penggunaan pagar dapat mengurangi kerugian atau kekecewaan.

Contoh:

1.     John is a true friend

2.     I suppose that Harry is coming

c.      Tunjukkan rasa pesimis

Kalau rasa pesimis sudah sudah dinyatakan terlebih dahulu, penutur tidak akan begitu kecewa apabila lawan tutur memberikan respon yang tidak diinginkan.

Contoh:

Saya ingin bertanya, tapi saya kuatir ibu terganggu.

d.     Perkecil paksaan

Dalam hal perkecil paksaan ini, hak-hak yang melekat pada lawan tutur terjamin.

Contoh:

Kalau tidak keberatan boleh saya duduk disini.

e.      Berikan penghormatan

Penghormatan dapat ditunjukkan dengan menggunakan kata-kata dan kontruksi sintaksis tertentu.

Contoh:

Sata mohon bantuan bapak karena bapaklah yang dapat membantu saya.

f.      Minta maaf

Minta maaf adalah bagian dari strategi untuk memenimkan keuntungan bagi penutur dan memaksimalkan keuntungan bagi lawan tutur.

Contoh:

Saya minta maaf. Perbuatan saya melukai hatimu.

Maafkan saya telah melanggar janji

g.     Pemakaian bentuk impersonal

Pemakaian bentuk impersonal adalah untuk menyamarkan penggunaan pronomina.

Contoh:

a.      Kamu pindahkan barang-barang itu.

b.     Barang itu tampaknya perlu dipindahkan.

h.     Ujarkan ujaran yang bersifat umum

Bentuk ujaran seperti ini didisain dengan tujuan untuk menghindari ancaman terhadap muka-muka tertentu.

Contoh:

a.      Penumpang supaya memasang seat belt.

b.     Pemain dilarang merokok.

 


C.    PENUTUP

 

1.     Simpulan

Jadi, setiap orang yang berkomunikasi (penutur dan lawan tutur) tentu saja mempunyai muka. Menjaga muka dapat dilakukan dengan memperhatikan kesantunan. Muka dibagi menjadi 2 bagian yaitu muka piositif dan muka negatif. Muka negatif adalah citra setiap orang yang berkeinginan agar dia dihormati dengan jalan memberikan kebebasan kepadanya untuk melakukan tindakannya. Sedangkan muka positif adalah citra seseorang yang berkeinginan agar apa yang dilakukannya, yang memiliki, nilai-nilai yang ia nyakini diakui orang sebagai sesuatu yang baik.

 


Daftar Pustaka

 

Gunarwan, A. 1992. Kesantunan negatif di kalangan Dwibahasawan Indonesia-Jawa di Jakarta: Kajian Sosiopragmatik. Dalam PELLBA 7. Yogyakarta: Kanisus.

Oktavianus. 2006. Analisis Wacana Lintas Bahasa. Padang: Andalas University Press.