- PENDAHULUAN
Latar Belakang
Makna sebuah tuturan sangat bervariasi tergantung pada situasi tutur yang melandasinya, tuturan tersebut berpengaruh pada proses komunikasi. Selain tuturan, konteks juga mempengaruhi dalam kelancaran komunikasi. setiap orang yang berkomunikasi (penutur dan lawan tutur) tentu saja mempunyai muka. Menjaga muka dapat dilakukan dengan memperhatikan kesantunan. Muka dibagi menjadi 2 bagian yaitu muka piositif dan muka negatif. Maka dalam makalah ini akan dibahas kedua hal tersebut.
- Rumusan Masalah
1.1 Apa itu kesantunan berbahasa?
1.2 Apa saja jenis-jenis kesantunan berbahasa?
- Tujuan
2.1 Mengetahui pengertian kesantunan berbahasa.
2.2 Mengetahui jenis-jenis kesantunan berbahasa.
- PENDAHULUAN
Menurut Brown dan Levinson, setiap orang yang berkomunikasi (penutur dan lawan tutur) tentu saja mempunyai muka. Menjaga muka dapat dilakukan dengan memperhatikan kesantunan. Muka dibagi menjadi 2 bagian yaitu muka piositif dan muka negatif. Muka negatif adalah citra setiap orang yang berkeinginan agar dia dihormati dengan jalan memberikan kebebasan kepadanya untuk melakukan tindakannya. Sedangkan muka positif adalah citra seseorang yang berkeinginan agar apa yang dilakukannya, yang memiliki, nilai-nilai yang ia nyakini diakui orang sebagai sesuatu yang baik (Gunarwan, 1992:185).
Dalam Oktavianus (2006: 102-110)Tindak ujar yang mengancam muka disebut face-Threatening Act (FTA) karena ada dua muka yang terancam, kesantunan berbahasa dapat pula dibagi menjadi kesantunan positif dan kesantunan negatif.
1. Kesantunan Positif
Brown dan Levinson (1994 dalam Oktavianus) mengemukakan sejumlah strategi berbahasa untuk menunjukan kesantunan negatif. Pengabaian strategi berbahasa menimbulkan kekecewaan di pihak lawan tutur. Sehingga lawan tutur merasa tidak hargai. Hal tersebut berdampak kepada proses komunikasi dan hubungan sosial di antara penutur bahasa. Sejumlah strategi komunikasi untuk menunjukan kesantunan positif sebagaimana dikemukakan Levinson, yaitu:
a. Memberi perhatian dan simpati
Dengan cara seperti ini, lawan tutur meraga dihargai dan dihormati. Pada dasarnya ini juga dianggap sebagai bentuk pengakuan terhadap lawan tutur dalam berkomunikasi bahwa ia juga dihargai dan apresiasi.
Contoh ujarannya:
Sepertinya sudah malam. Mari kita pulang. Kamu pasti lelah.
b. Gunakan pemarkah identitas
Pemarkah identitas yang dapat dipakai adalah bentuk-bentuk panggilan, dialek-dialek tertentu, jargon, slang, dan elipsis. Bentu-bentuk panggilan dalam bahasa Indonesia misalnya Abang, Bu, Pa, sayang, buah hatiku, anakku, dan sebaginnya.
Contoh ujarannya:
Anakku, buatkan bapak kopi.
c. Tampakkan persetujuan dan hindari pertentangan
Secara naruriah, pada dasarnya manusia diakomodasi keinginan-keinginannya. Ia akan merasa dipermalukan apabila ditentang. Ujaran -ujaran yang menyatakan pertentangan membawa dampak negatif dalam berkomunikasi yang baik kesantunan positif diwujudkan dengan menggunakan ujaran yang menampakkan persetujuan.
Contoh : a : bagaimana, semuanya sepakat?
b : iya, iya setuju.
d. Tunjukkan kesamaan
Strategi ini dapat diwujudkan dengan memperlihatkan kesamaan-kesamaan minat dan keinginan dengan lawan tutur.
e. Tawaran dan janji
Tawaran dan janji sering dipakai untuk menunjukkan kesantunan positif. Hal ini dapat dilakukan karena tawaran dan janji pada konteks tertentu mengandung harapan dan sesuatu yang diinginkan.
f. Tunjukkan rasa optimisme
Menunjukkan rasa optimisme adalah cara lainnya untuk menyatakan keaantunan positif. Optimisme dapat menimbulkan motivasi dan pikiran positif.
g. Tunjukkan resiprokalitas
Resiprokalitas atau sesuatu yang dilakukan secara berbalas-balasan dapat juga dugunakan untuk menyatakan kesantunan positif sebagaimana terlihat pada contoh :
a. Saya akan pinjamkan kamu kamus, kalau kamu meminjami buku itu.
b. Kalau minggu lalu kamu yang mengunjungi saya, minggu depan saya akan mengunjubgu kamu pula.
2. Kesantunan Negatif
Levinson seperti yang dikutip oleh Wijana (2004: 3 dalam Oktavianus) mengemukakan pula sejumlah strategi kesantunan negatif dalam berintegrasi. Strategi tersebut adalah penggunaan ungkapan tidak langsung, penggunaan pagar (hedges); bersikap pesimis, jangan membebani atau kurangi pemaksaan; menggunakan bentuk pasif atau gunakan bentuk imporsenal atau gunakan ujaran yang bersifat umum; menggunakan ungkapan permohonan maaf; dan menggunakan bentuk plural.
a. Gunakan ujaran tidak langsung
Penggunaan ujaran tidak langsung dapat menyelamatkan muka penutur dan lawan tutur.
Contoh:
Aduh, kok panas sekali ya? (untuk minta air minum)
b. Gunakan pagar
Pagar adalah partikel, kata atau frasa yang memodifikasi tingkat keanggotaan sebuah predikat atau frasa nomina. Dalam bahasa Inggris yang termasuk pagar(hedge) adalah sort of, regular, true, rather, pretty, dan lain-lain. penggunaan pagar dapat mengurangi kerugian atau kekecewaan.
Contoh:
1. John is a true friend
2. I suppose that Harry is coming
c. Tunjukkan rasa pesimis
Kalau rasa pesimis sudah sudah dinyatakan terlebih dahulu, penutur tidak akan begitu kecewa apabila lawan tutur memberikan respon yang tidak diinginkan.
Contoh:
Saya ingin bertanya, tapi saya kuatir ibu terganggu.
d. Perkecil paksaan
Dalam hal perkecil paksaan ini, hak-hak yang melekat pada lawan tutur terjamin.
Contoh:
Kalau tidak keberatan boleh saya duduk disini.
e. Berikan penghormatan
Penghormatan dapat ditunjukkan dengan menggunakan kata-kata dan kontruksi sintaksis tertentu.
Contoh:
Sata mohon bantuan bapak karena bapaklah yang dapat membantu saya.
f. Minta maaf
Minta maaf adalah bagian dari strategi untuk memenimkan keuntungan bagi penutur dan memaksimalkan keuntungan bagi lawan tutur.
Contoh:
Saya minta maaf. Perbuatan saya melukai hatimu.
Maafkan saya telah melanggar janji
g. Pemakaian bentuk impersonal
Pemakaian bentuk impersonal adalah untuk menyamarkan penggunaan pronomina.
Contoh:
a. Kamu pindahkan barang-barang itu.
b. Barang itu tampaknya perlu dipindahkan.
h. Ujarkan ujaran yang bersifat umum
Bentuk ujaran seperti ini didisain dengan tujuan untuk menghindari ancaman terhadap muka-muka tertentu.
Contoh:
a. Penumpang supaya memasang seat belt.
b. Pemain dilarang merokok.
C. PENUTUP
1. Simpulan
Jadi, setiap orang yang berkomunikasi (penutur dan lawan tutur) tentu saja mempunyai muka. Menjaga muka dapat dilakukan dengan memperhatikan kesantunan. Muka dibagi menjadi 2 bagian yaitu muka piositif dan muka negatif. Muka negatif adalah citra setiap orang yang berkeinginan agar dia dihormati dengan jalan memberikan kebebasan kepadanya untuk melakukan tindakannya. Sedangkan muka positif adalah citra seseorang yang berkeinginan agar apa yang dilakukannya, yang memiliki, nilai-nilai yang ia nyakini diakui orang sebagai sesuatu yang baik.
Daftar Pustaka
Gunarwan, A. 1992. Kesantunan negatif di kalangan Dwibahasawan Indonesia-Jawa di Jakarta: Kajian Sosiopragmatik. Dalam PELLBA 7. Yogyakarta: Kanisus.
Oktavianus. 2006. Analisis Wacana Lintas Bahasa. Padang: Andalas University Press.
0 Comments: