Fonetik
merupakan bidang kajian ilmu pengetahuan yang menelaah bagaimana manusia
menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dalam ujaran, menelaah gelombang-gelombang
bunyi bahasa yang dikeluarkan, dan bagaimana alat pendengaran manusia menerima
bunyi-bunyi bahasa untuk dianalisis oleh otak manusia (O’Connor, 1982: 10-11,
Ladefoged 1982: 1).
Secara
umum fonetik dapat dibagi menjadi tiga bagian kajian, yaitu fonetik fisiologi
atau artikulatoris, fonetik auditoris, fonetik akustis (Dew dan Jensen, 1977:
19) (Masnur Muslich, 2008: 9).
1. Aspek Artikulatoris
Aspek
artikulatoris disebut juga aspek organis atau aspek fisilogis yang mempelajari
bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi
bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasiakan. Seseorang yang
inggin mengkaji bunyi-bunyi bahasa harus mengetahui juga berbagai struktur
mekanisme pertuturan, memahami fungsi setiap mekanisme,dan peranannya dalam
menghasilkan berbagai bunyi bahasa (Singh dan Singh, 1976:2) (Masnur Muskich,
2008: 9-10).
Dalam
aspek artikulatoris hal pertama yang dibicarakan adalah alat ucap manusia untuk
menghasilkan bunyi bahasa. Sebetulnya alat yang digunakan untuk menghasilkan
bunyi bahasa ini mempunyai fungsi utama lain yang bersifat biologis, misalnya
paru-paru untuk bernafas (Abdul Chaer, 2012: 103-104).
2. Aspek
Akustis
Aspek
akustis bertumpu pada struktur fisik bunyi-bunyi bahasa dan bagaimana alat
pendengaran manusia memberikan reaksi kepada bunyi-bunyi bahasa yang diterima
(Malmberg, 1963:1). Ada tiga ciri utama bunyi-bunyi bahasa yang mendapatkan
penekanan dalam kajian aspek akustis, yaitu frekuensi, tempo, dan kejaringan.
Alat- alat yang digunakan untuk mengkaji gelombang bunyi bahasa dan mengukur
pergerakan udara antara lain, spektograf (alat untuk menganalisis dan
memaparkan frekuensi dan tekanan),oscilloskop ( alat untuk memaparkan ciri-ciri
penyaringan bunyi).
Secara
ringkas dapat disimpulkan bahwa dalam rangka pengkajian aspek akustis, berusaha
menguraikan berbagai hal tentang bagaiman suatu bunyi bahasa ditanggapi dan
dihasilkan oleh mekanisme pertuturan manusia, bagaimana pergerakan bunyi-bunyi
bahasa itu dalam ruang udara, yang sterusnya bisa merangsang proses pendengaran
manusia (Masnur Muslich, 2008: 9).
Aspek
akustis mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam.
Bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getarannya, amplitudonya, intesitasnya dan
timbrenya (Abdul Chaer, 2012: 103).
3. Aspek Auditoris
Aspek
auditoris atau persepsi mengarahkan kajiannya pada persoalan bagaimana manusia
menentukan pilihan bunyi-bunyi yang diterima alat pendengarannya. Dengan arti
kata, kajian ini meneliti bagaimana seeorang pendengar menanggapi bunyi-bunyi
yang diterimanya sebagai bunyi-bunyi yang perlu diproses sebagai bunyi-bunyi
bahasa yang bermakna, dan apakah ciri bunyi-bunyi bahasa yang dianggap penting
oleh pendengar dalam usahanya membeda-bedakan setiap bunyi bahasa yang didengar
(Singh dan Singh, 1976:5). Tegasnya, aspek auditoris adalah kajian terhadap
respon sisitem pendengaran terhadap rangsangan gelombang bunyi yang diterima
(Masnur Muskich, 2008: 9-10).
Aspek
auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh
telinga kita (Abdul Chaer, 2012: 103).
Daftar
Pustaka
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta
Muslich, Masnur. 2008. Fonologi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
0 Comments: