PENDAHULUAN
Bahasa merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dengan manusia dalam kehidupan kesehariannya. Dalam melakukan aktifitasnya, manusia tidak terlepas dari menggunakan bahasa. Bahasa adalah bagian dari kehidupan manusia untuk berkomunikasi sesama manusia. Oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi manusia, baik lisan maupun tulisan.
Bahasa sebagai dasar kebudayaan dapat digunakan untuk menyelidiki kegiatan-kegiatan di luar kegiatan berbahasa itu sendiri. Dari ujaran yang disampaikan sesorang, kita tidak hanya bisa menangkap keinginan orang tersebut, tetapi juga adat istiadatnya, latar belakang pendidikannya, dan lain sebagainya
Penelitian bahasa dapat memberikan data kearah pemahaman unsur-unsur bahasa yang bersifat universal. Dari hasil analisis bahasa, para linguis telah mencoba mencari sifat universal bahasa. Antara kerja lapangan dengan pemerian bahasa juga mempunyai hubungan langsung. Semakin banyak penelitian bahasa dilakukan, akan semakin banyak pula informasi yang kita miliki tentang keanekaragaman Bahasa
Alasan lain kenapa penelitian bahasa itu perlu dilakukan adalah untuk mengetahui bagaimana sebetulnya bentuk bahasa itu baik ketika diucapkan maupun dituliskan dan bagaimana dia berfungsi. Pengetahuan ini sangat penting baik untuk kepentingan pengajaran bahasa pertama, bahasa kedua, maupun bahasa asing. Hasil penyelidikan tentang bahasa ini sangat diperlukan untuk penentuan bahan pelajaran dan cara mengajarkannya. Hal itu dapat dilakukan melalui studi bahasa dengan melakukan penelitian atau analisis bahasa.
PEMBAHASAN
Kedudukan Relatifitasnya Sebagai Komponen Ilmu Bahasa :
A. Komponen – Komponen Ilmu Bahasa
Ada 3 komponen yang dapat dicatat membentuk wujud kegiatan ilmiah yang disebut linguistik :
i. Objek sasaran khusus yang berupa bunyi tutur atau berwujud bahasa tutur.
ii. Kerangka pikiran mengenai bahasa (langage).
iii. Dugaan mula mengenai asas tertentu yang mengatur aspek tertentu bahasa tertentu.
Ketiga komponen ini sifatnya cenderung eksplisit dan tegas, dalam arti selalu disadari adanya dan dapat dirumuskan oleh linguis yang lain (yang baik) yang sedang menjalankan tugas penelitiannya.
B. Berkaitan Metode dan Teori
Metode berkaitan dengan kerangka pikiran atau teori. Dalam pelaksanaan penggunan metode ini dapat disebut “Pendekatan” atau “Appoach, teori diperlukan sebagai “Pembimbing”. Maksudnya adalah sebagai contoh jika kita ingin membuktikan kebenaran hipotesis maka yang menuntun dan memberi arah pendekatan adalah teori. Oleh karena itu teori haruslah memberi pemahaman mengnai objeknya. Itulah sebabnya teori dapat pula disebut “Tuntunan kerja” sebagai imbangan metode yang dapat disebut juga “Cara Kerja”.
Metode (linguistik) yang baik haruslah sesuai dengan sifat objek-objeknya yaitu bahasa. Maka teorilah yang “Memberitahukan” mengenai sifat itu (misalnya bahasa bersifat linear juga bersifat arbitrer dan konvensional). Sehingga memungkinkan metode tertentu yang satu dapat digunakan sebaik-baiknya.
C. Metode dan Teknik
Agar metode dapat bermanfaat untuk mewujudkan kegiatan ilmiah linguistik haruslah digunakan dalam pelaksanaan yang konkret. Untuk itu, metode sebagai cara kerja haruslah dijabarkan sesuai dengan alat dan sifat alat yang dipakai. Jabaran metode yang sesuai dengan alat beserta sifat alat yang dimaksud disebut “Teknik” sedangkan tahapan atau urutan penggunaan dapat pula disebut “Prosedur”.
D. Contoh Sekadarnya Demi Penjelasan Konsep Yang Dimaksudkan
Fenomena-fenomena penggunaan bentuk lingual yang secara teknisi dapat dikelompokkan dalam jenis adverbia. Salah satu fenomena itu adalah penggunaan bentuk adverbia secara bijaksana. Misalnya dalam tuturan berikut ini:
1. Secara bijaksana dia menjawab semua pertanyaan peserta sidang.
2. Pak Lirahsecara bijaksana mengemukakan pendapatnya.
3. Paman berusaha mengatasi kemelut keluarganya secara bijaksana.
Ketiga tuturan itu dipandang sebagai data. Berdasarkan data tersebut, timbul berbagai pertanyaan mengenai adverbia secara bijaksana pada pertanyaan itu berarti kita mengkhususkan bentuk secara bijaksana itu sebagai pusat perhatian atau objek sasaran, dengan tuturan (1), (2), dan (3) itu sebagai datanya. Misalkan saja pertanyaan itu mengenai tempat atau letak adverbia secara bijaksana dalam susunan beruntun konstituen tuturannya.
Dalam mengajukan hipotesis yang berupa:
a. Perbedaan tempat menunjukkan perbedaan maksud
b. Tempat yang di depan menunjukkan penonjolan, pementingan, atau permintaan lebih diperhatikan
c. Tempat yang di depan menunjukkan bahwa “cara yang bijaksana itu” diyakini benar dan tidak terbantahkan bagi si penutur, maka hal itu lepas dari latar belakang perkiraan yang membimbing si peneliti ke arah dugaan itu menyangkut
a) Orang dibimbing oleh prinsip bahwa bentuk tuturan yang berbeda selalu mengandung aspek kemaknaan (dapat makna, dapat arti) yang berbeda.
b) Orang dibimbing oleh prinsip bahwa pementingan bagian tuturan secara umum dilakukan mengawalkan bagian tuturan itu dalam rentetan ujaran
c) Orang dibimbing oleh prinsip bahwa penilaian subjektif dari si penutur terhadap fakta yang dituturkan akan ditempatkan pada bagian-bagian awal tuturannya.
Dalam teori mengenai perhitungan peranan penutur bahasa dalam upaya menentukan perbedaan makna, khususnya makna dalam bentuk tuturan yang mirip strukturnya. Hipotesis akan tetap menjadi hipotesis kalau tidak diupayakan untuk kebenarannya.
Penggunaan bahasa sedang berlangsung baik secara lisan atau tulisan itu semua disebut metode dan dalam metode itu adalah metode pengumpulan data. Dalam pengumpulan data itu digunakan alat perekam (jadi dengan merekamlah pengumpulan data dilakukan) maka merode itu dijabarkan dalam teknik rekam. Ada juga perekaman itu tidak dilakukan kecuali langsung saja dilakukan pencatatan pada kartu-kartu data yang sudah disediakan (jadi mencatat pada kartulah pengumpulan data dilakukan), maka metode itu dijabarkan atau diwujudkan dalam teknik catat.
PENUTUP
Kesimpulan
Kedudukan Relatifitasnya Sebagai Komponen Ilmu Bahasa :
A. Komponen – Komponen Ilmu Bahasa
Ada 3 komponen yang dapat dicatat membentuk wujud kegiatan ilmiah yang disebut linguistik :
iv. Objek sasaran khusus yang berupa bunyi tutur atau berwujud bahasa tutur
v. Kerangka pikiran mengenai bahasa (langage)
vi. Dugaan mula mengenai asas tertentu yang mengatur aspek tertentu bahasa tertentu
B. Berkaitan Metode dan Teori
Metode (linguistik) yang baik haruslah sesuai dengan sifat objek-objeknya yaitu bahasa. Maka teorilah yang “Memberitahukan” mengenai sifat itu (misalnya bahasa bersifat linear juga bersifat arbitrer dan konvensional). Sehingga memungkinkan metode tertentu yang satu dapat digunakan sebaik-baiknya.
C. Metode dan Teknik
Agar metode dapat bermanfaat untuk mewujudkan kegiatan ilmiah linguistik haruslah digunakan dalam pelaksanaan yang konkret. Untuk itu, metode sebagai cara kerja haruslah dijabarkan sesuai dengan alat dan sifat alat yang dipakai. Jabaran metode yang sesuai dengan alat beserta sifat alat yang dimaksud disebut “Teknik” sedangkan tahapan atau urutan penggunaan dapat pula disebut “Prosedur”.
D. Contoh Sekadarnya Demi Penjelasan Konsep Yang Dimaksudkan
Fenomena-fenomena penggunaan bentuk lingual yang secara teknisi dapat dikelompokkan dalam jenis adverbia. Salah satu fenomena itu adalah penggunaan bentuk adverbia secara bijaksana. Misalnya dalam tuturan berikut ini:
4. Secara bijaksana dia menjawab semua pertanyaan peserta sidang.
5. Pak Lirahsecara bijaksana mengemukakan pendapatnya.
6. Paman berusaha mengatasi kemelut keluarganya secara bijaksana.
DAFTAR PUSTAKA
Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
0 Comments: