2020-10-10

Hegemoni Budaya Pop Korea Melalui Film Drama Korea di Kalangan Remaja Indonesia


A. Latar Belakang

Globalisasi adalah serangkaian proses yang mengarah kepada penyempitan atau tenggelamnya dunia, yaitu semakin meningkatnya hubungan global dan pemahaman kita diatasnya. (Chris Barker, 2004: 295). Hal ini menjadikan interaksi masyarakat di seluruh dunia menjadi semakin bebas dan terbuka, akibat teramat mudah serta cepatnya masyarakat dalam memperoleh berbagai informasi. Tidak hanya informasi saja yang dapat disebarkan dengan cepat namun budaya pun dapat dengan mudahnya disebarkan oleh media massa.

Globalisasi budaya yang terus berkembang dalam segala lingkup kehidupan masyarakat ini, kemudian memunculkan suatu istilah baru yaitu budaya populer. Budaya populer atau budaya pop berkaitan dengan tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu dari suatu negara ke negara-negara lain di seluruh dunia. Budaya pop mengusung nilai ideologi dari negara asalnya yang mungkin saja jauh berbeda dari negara yang terkena imbas budaya pop. Transfer nilai budaya dalam budaya pop ini mampu menciptakan kesamaan selera terhadap budaya pop tertentu yang dapat mengancam eksistensi budaya dan masyarakat lokal. Semakin sering mengkonsumsi budaya pop, maka secara tidak sadar budaya pop tersebut menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Norma, nilai, dan gaya hidup kemudian diadaptasi dari hasil mengkonsumsi budaya pop tersebut.

Korea menyebarkan berbagai produk budayanya melalui tayangan hiburan berupa musik (K-pop), serial drama (K-drama), film (K-Film), film animasi, variety/reality show (K-show), video game, K-fashion, hingga produk-produk industri lainnya yang digunakan masyarakat sehari-hari seperti kendaraan, peralatan dapur, elektronik, bahkan kosmetik. Budaya pop Korea tersebut memiliki keunikan tersendiri. 

Dari segi serial drama (K-drama) dan film (Kfilm), penonton Indonesia dibuat terpikat oleh apa yang disebut kewajaran alur cerita. Di samping itu, dalam pelbagai serial tersebut ada kesamaan nilai-nilai budaya yang akrab dengan penonton Indonesia. Mungkin perasaan sama-sama menjadi bagian dari masyarakat Timur yang memiliki kemiripan nilai budaya membuat produk Asia bisa diterima dengan mudah tanpa kekhawatiran bahwa mereka bisa melemahkan atau menggoncang dasar ideologi dan kebudayaan Indonesia. (Ariel Heryanto,  2012:147)

Berdasarkan permasalahan tersebut, memunculkan ketertarikan untuk meneliti dan menganalisa bagaimana proses hegemonisasi dan bentukbentuk hegemoni budaya pop Koreaa di kalangan remaja Indonesia. Sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses hegemonisasi budaya pop di kalangan remaja Indonesia dan mengidentifikasi bentuk-bentuk hegemoni budaya pop di kalangan remaja Indonesia.

Penelitian ini menggunakan teori hegemoni. Hegemoni menurut Gramsci adalah bentuk penguasaan terhadap kelompok tertentu dengan menggunakan kepemimpinan intelektual dan moral secara konsensus. Artinya, kelompok yang terhegemoni menyepakati nilainilai ideologis penguasa.

Hegemoni yang berpijak pada kepemimpinan intelektual menekankan pada kuasa pengetahuan dalam mempengaruhi orang lain. Sedangkan hegemoni kepemimpinan moral menekankan pada relasi sosial dan kedekatan emosional dalam mempengaruhi orang lain. Pada prosesnya, hegemoni melibatkan penetrasi dan sosialisasi nilai, keyakinan, sikap dan moralitas di masyarakat yang dimediasi oleh praktek-praktek sosial, politik dan ideologis. Ketika  prinsip-prinsip ini diinternalisasikan maka akan berubah menjadi common sense, yang mendegradasi fakultas kritis masyarakat dan sebaliknya memperkuat status quo. Sehingga dari sini bisa dipahami mengapa kaum tertindas mau bekerjasama dengan penindas (Agus Nuryatno, 2011:33-34).

 

 

.

 

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana hegemoni budaya pop korea melalui film drama korea di kalangan remaja Iindonesia.

 

 

C. Tujuan Penelitian

Mendeskripsikan faktor hegemoni budaya pop korea melalui film drama korea di kalangan remaja Iindonesia.

 

D. Manfaat

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan dalam pembelajaran bidang kebudayaan. Khususnya faktor hegemoni budaya pop Korea melalui film drama Korea di kalangan remaja Indonesia.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat membantu penonton film Korea untuk lebih memahami faktor hegemoni budaya pop korea melalui film drama korea di kalangan remaja Iindonesia.

E. Tujuan Pustaka

Tinjauan pustaka sangat penting dilakukan oleh seorang peneliti sebelum melakukan penelitian. Sebagaimana terkait dengan hegemoni budaya pop Korea melalui film drama Korea di kalangan remaja Indonesia, tinjauan pustaka dilakukan supaya peneliti mengetahui apakah objek penelitian yang akan dilakukan pernah diteliti atau belum. Sejauh ini sepengetahuan peneliti, penelitian terhadap hegemoni budaya pop Korea melalui film drama Korea di kalangan remaja Indonesia. Akan tetapi penelitian dengan objek formal yang sama sudah banyak. Adapun penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan antara lain :

1.      Skripsi yang mengkaji hegemoni di balik tanyangan berita televisi sebuah studi wacana kritis Teun A. Van Dijk tentang tayangan Reportase investigasi Trans tv)

2.      Jurnal yang mengkaji Hegemoni Maskulinitas dalam iklan minman berenergi (analisis semiotika tvc extra joss dan kuku bima ener-g)

3.      Dan masih banyak yang lain.

 

F. Landasan Teori

Hegemoni berasal dari bahasa Yunani eugemonia yang berarti memimpin. Roger Simon menyatakan bahwa “hegemoni bukanlah hubungan dominasi dengan menggunakan kekuasaan, melainkan hubungan persetujuan dengan menggunakan kepemimpinan politik dan ideologis”. Menurut Roger Simon hegemoni adalah sebuah consensus.

Hegemoni merupakan gagasan dari seorang filosof Italia yang bernama Antonio Gramsci (1891-1937). Sebagai seorang Marxis, Gramsci tidaklah berpendapat bahwa suatu revolusi sosial akan terjadi hanya karena suatu keniscayaan sejarah tetapi suatu revolusi hanya akan bisa tercapai melalui sebuah gerakan penyadaran masyarakat akan kondisi masyarakat yang tertindas. Teori hegemoni Gramsci menganalisis berbagai macam relasi antara kekuasaan dan penindasan di dalam masyarakat.Penindasan tidak selalu berarti penindasan fisik tetapi bisa jadi berupa penindasan pola pikir. Ketika melihat melalui perspektif hegemoni akan terlihat bahwa media massa merupakan suatu alat kontrol yang digunakan oleh pihak yang berkuasa untuk mengontrol dan menanamkan pola pikir kepada masyarakat.

Teori hegemoni Gramsci menggaris bawahi bahwa di dalam struktur sosial selalu ada pertarungan untuk memperebutkan penerimaan publik. Dalam hal ini kelompok yang berkuasa akan selalu berusaha untuk membuat agar masyarakat (yang dikuasai) menerima nilai-nilai dan pola pikir penguasa tanpa perlawanan. Strategi kunci dalam keberhasilan hegemoni adalah nalar awam, di mana masyarakat awam akan menerima begitu saja apa yang diberikan oleh penguasa ke dalam pikiran mereka.

Menurut Gramsci ada 2 cara dari kelompok yang berkuasa untuk menjalankan kekuasaannya yaitu dengan cara represif dan persuasif. Cara kekerasan (Coersive) yang dilakukan oleh kelompok yang berkuasa disebut dengan dominasi, sedangkan cara persuasifnya dilakukan dengan cara yang halus melalui konsensus dengan tujuan untuk melanggengkan dominasinya tanpa mendapatkan perlawanan, inilah yang dimaksud dengan hegemoni.

Hegemoni adalah suatu kemenangan yang didapatkan melalui sebuah mekanisme konsensus ketimbang melalui suatu penindasan terhadap kelas sosial lainnya.Hegemoni juga merujuk pada kedudukan ideologi dari satu atau lebih kelompok di dalam masyarakat sipil yang lebih tinggi dari yang lainnya.

 

 

G. Metode

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan hegemoni. Perspektif hegemoni berusaha melihat adanya proses dominasi ideologi dari kelompok dominan terhadap kelompok subordinat melalui kepemimpinan intelektual dan moral secara konsensus. Teknik pengumpulan data menggunakan data primer yaitu dengan pengamatan berpartisipasi dan wawancara mendalam, serta menggunakan data sekunder yaitu dengan sumber-sumber buku, skripsi terdahulu, jurnal, artikel majalah, dan sumber-sumber internet.

 

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mendapatkan sebuah tulisan yang sistmatis dan mudah dipahami oleh pembaca, penulis membagi pembahasan ke dalam empat bab. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut :

BAB I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian.

BAB II merupakan tinjauan pustaka yang berisi definisi konsep, penelitian terdahulu, landasan teori dan kerangka berfikir.

BAB III merupakan metode penelitian yang berisi jenis penelitian, sumber data, dan teknik pengumpulan data.

BAB IV merupakan hasil dan pembahasan.

BAB V penutup terdiri dari kesimpulan, implikasi, dan saran.

 

 

I. Daftar Pustaka

Barker, Chris. 2004. Cultural Studies: Teori & Praktik. Bantul: Kreasi Wacana.

Heryanto, Ariel. 2012. Budaya Populer di Indonesia: Mencairnya Identitas Pasca-Orde Baru. Yogyakarta: Jalasutra..

Nuryatno, Agus. 2011. Mazhab Pendidikan Kritis: Menyingkap Relasi Pengetahuan Politik dan Kekuasaan. Yogyakarta: Resist Book

Simon, Roger. 1999. Gagasan-Gagasan Politik Gramsci. Yogyakarta: Insist Press dan Pustaka Pelajar.

 

 

Previous Post
Next Post

0 Comments: