A. Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian Fonologi
Materi bahasa adalah bunyi-bunyi ujar. Kajian mendalam tentang bunyi-bunyi ujaran ini diselidiki oleh cabang linguistik yang disebut fonologi.
Oleh fonologi, bunyi-bunyi ujaran ini dapat dipelaajari dengan dua sudut pandang
1. Bunyi-bunyi ujar dipandang sebagai media bahasa semata, tak ubahnya benda atau zat. Dengan demikian, bunyi-bunyi dianggap sebagai bahan mentah, bagaikan batu, pasir, semen sebagai bahan mentah bangunan rumah. Fonologi yang memandang bunyi-bunyi ujar ini disebut fonetik
2. Bunyi-bunyi ujar dipandang sebagai bagian dari system bahasa. Bunyi-bunyi ujar merupakan bagian dari struktur kata yang sekalis berfungsi untuk membedakan makna. Fonologi yang memandang bunyi-bunyi ujar tersebut dapat disimpulkan sebagai bagian dari sistem bahasa lazim disebut fonemik.
B. Kedudukan Fonologi dalam Kajian lain pada Tataran Linguistik
Bidang morfologi, yang konsentrasinya pada tataran struktur internal kata (mulai dari perilaku kata, proses pembentukan kata, sampai dengan nosi yang timbul akibat pembentukan kata)sering memanfaatkan hasil studi fonologi. Ketika ingin menjelaskan, megapa morfem dasar {pukul} diucapkan secara bervariasi antara [pukU1] dan [pUkU1], serta diucapkan [pukulan] setelah mendapatkan proses morfologi dengan penambahan morfen surfiks {-an}, praktis “minta bantuan” hasil studi fonologi.
Bidang sintaksis, yang konsentrasi analisisnyapada tataran kaliamat ketika berhadapan dngan kaliamat Kamu di sini. (kaliamt berita), Kamu di sini?, dan Kamu di sini! (kalimat seru/perintah) yang ketiganya mempunyai maksud yang berbeda, padahal masing-masing terdiri atas tiga kata yang sama, bisa dijelaskan dengan memanfaatkan hasil analisi fonologi, yaitu tentang intonasi. Begitu juga, persoalan jeda dan tekanan pada kaliamat, yang ternyata bisa membedakan maksud kalimat, terutama dalam bahasa Indonesia.
Bidang semantic, yang berkonsentrasi pada persoalan makna kata pun tidak jarang memanfaatkan hasil telaah fonologi. Kapan sebuah kata bisa divarisaikan ucapanya, dan kapan tidak. Mengapa kata tahu dan terus yang diucapkan secara bervariasi [tahu], [tau], [teras], dan [teras] akan bermakna lain, sedangkan kata duduk dan didik ketika diucapkan secara bervariasi [dudU?], dUdU?], [bidi1?], [b1d2?] tidak membedakan makna? Hasil analisis fonologislah yang bisa membantunya.
Bidang leksikologi, juga leksikografi, yang berkonsentrasi pada pembendaharaan kata suatu bahasa, baik dalam rangka penyusanan kamus maupun tidak, sering memanfaatkan hasil kajian fonologi. Cara-cara pengucapan yang khas suatu kata dan variasi pengucapan yang khas suatu kata dan variasi pengucapannya hanya bisa dideskripsikan secara cermat lewat transkripsi fonetis.
Bidang dialektologi, yang bermaksud memetakan “wilayah” pemakianan dialek atau variasi bahasa tentu sering memanfaatkan hasil kajian fonologi, terutama variasi-varisai ucapan pemakai bahsa, baik secara social maupun geografis. Variasi-varisai ucapan hanya bisa dijelaskan dengan tepat kalau memanfaatkan hasil analisis fonologi.
Bidang Linguistik terapan, pengajaran bahasa (khususnya pengajaran bahasa kedua dan pengajaran bahasa asing) yang betujuan keterampilan berbahasa lisan harus melatih cara-cara pengucapan bunyi-bunyi bahasa target kepada pembelajar setiap ini akan lebih tepat (the learner). Cara-cara pengucapan ini akan lebih tepat dan cepat bisa dikuasai kalau pembelajaran dutunjukan cirri-ciri artikulasi dan cara pengucapan setiap bunyi yang dilatih dengan memanfaatkan hasil kajian fonologi.
Psikolinguistik ketika menganalisis perkembangan penguasaan bunyi-bunyi bahasa pada diri anak juga bisa memanfaatkan hasil kajian fonologi. Mengapa bunyi-bunyi bilabial dikuasai lebih dahulu dari pada bunyi labiodentals, mengapa bunyi-bunyi lateral dikuasai lebih dahulu dari pada bunyi trial, mengapa bunyi-bunyi vocal rendah-depan dikuasai lebih dahulu dari pada bunyi vocal tinggi-belakang, bisa dijelaskan dengan gambalan lewat analisis fonetik artikulatoris.
Dalam bidang klinis, hasil kajian fonologi (khususnya fonetik) dapat dimanfaatkan untuk menangani orang atau anak yang mengalami hambatan mendengar dan berbicara.
C. Contoh Kajian Fonologi
Contoh kajian fonologi, yaitu pemerolehan bahasa pada anak urbanisasi Pakistan.
Daftar Pustaka
Muslich, masnur. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia, tinjauan deskriptif sistem bunyi bahasa Indonesia. Malang: Bumi Aksara
0 Comments: