A. Pendahulua
Frasa merupakan satuan sintaksis yang satu tingkat berada di atas satuan kata atau satu tingkat berada di bawah satuan klausa, kalimat, dan wacana. Frasa merupakan satuan sintaksis yang tersusun dari dua buah kata atau lebih, yang menempati tiap-tiap fungsi sintaksis. Frasa, sebagai salah satu konstituen penting dalam satuan bahasa ternyata memegang peranan penting dalam proses pembentukan sintaksis. Frasa merupakan konstruksi awal yang perlu dipahami terlebih dahulu untuk memahami sintaksis secara keseluruhan. Dalam satuan bahasa, konstituen frasa terletak pada tataran keempat setelah kata dan sebelum klausa, sehingga frasa dapat menggantikan kata sebagai unsur pembentuk kalimat.
B. Pembahasa
1. Pengertian Frasa
Frasa merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpridikatif, atau lajim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fugsi sintaksis di dalam kalimat, yang berbentuk morfem bebes bukan morfem terikat. Misalnya, konstruksi belum makan dan tanah tinggi merupakan frasa, sedangkan konstruksi tata boga dan interlokal bukan frasa katena boga dan inter adalah m orfem terikat. (Chaer, 2003:222).
2. Jenis-Jenis Frasa
Menurut J.W.M. Verhaar (1996:291 - 366), frasa dibagi menjadi beberapa tipe yaitu (1) Tipe Nomina + Nomina (2) Tipe. Nomina + Non Nomina (3) Tipe Adposisional, Ajektival dan adverbial. Frasa nomina terdiri dari nomina induk dan atribut. Atribut dapat berupa nomina, jadi disebut frasa nomina = nomina. Atribut dapat pula berupa kategori yang tidak nominal ( seperti pronimina, ajektiva atau kata bilangan), jadi tipe ini disebut tipe nomina + non nomina. Frasa Nomina + Nomina
Dapat dijabarkan menurut pokok-pokok pembahasan berikut ini:
1) Hubungan Semantis diantara induk dan atribut.
Hubungan semantis diantara nomina induk dan nomina atribut dalam frasa tipe nomina + nomina adalah fleksibel. Contohnya patung seniman, konstituen induk adalah patung. Menyatakan bahwa patung dibuat oleh seniman, atribut berupa pelaku terhadap induk. Hubungan semantis adalah posesif, dengan induk sebagai termilik dan atribut sebagai pemilik.
2) Frasa Posesif
Frasa nomina + nomina dengan hubungan antar konstituen semantis yang posesif dalam arti yang lebih terbatas akan dibahasa sebagai berikut. Pertama, dalam banyak bahasa ada kelas nomina dengan konsep milik yang langsung menyangkut pemilik dan integritasnya, misalnya nama anggota tubuh, nomina ini disebut nomina tak terasingkan. Sebaliknya, ada nomina milik lain yang tidak menyangkut identitas atau integritas pemilik, ini adalah nomina milik terasingkan.
Kedua, nomina tidak hanya dibedakan secara sistematis tetapi juga secara gramatikal, secara morfologis atau secara sintaksis. Contohnya afiks posesif nomina milik terasingkan seperti kutu adalah prefiks, dan untuk afiks posesif nomina milik tak terasingkan seperti ibu, adalah sufiks.
3) Frasa keanjetifan/ penindakan
Nomina induk adalah nomina deverbal yaitu yang diderivasikan dari verba, dengan demikian dapat membawa arti keajentifan atau penindakan. Keajentifan disini bahwa nomina diderivikasikan dari verba transitif dan penindakan diderivasikan dari verba intransitif.
4) Frasa dengan atribut nominal rangkap serial
Istilah atribut rangkap serial adalah atribut dua atau lebih yang dirangkaikan secara koordinatif dengan dan, atau dsb. Seluruh frasa dapat berupa frasa posesif atau ajentif.
5) Frasa dengan atribut Nominal rangkap terkandung
Frasa nomina+nomina sedemikian rupa sehingga atributnya bersifat frasa nomina. Berlaku dalam begitu banyak bahasa.
6) Frasa dengan aposisi sebagai atribut.
Atribut nomina aposisi memeberi keterangan tambahan tentang identitas orang atau benda yang di acu oleh nomina induk.
7) Frasa dengan sema atribut penyalin.
Frasa ini terdiri atas induk dan atribut, atributnya berupa frasa posesif yang agak luas tetapi induknya adalah opsional.
8) Frasa dengan “induk” penggolong
Alat penggolong kelas nomina di tempat atribut, contohnya: buah, telur, ekor dsb. Misalnya pada sebatang rokok, rokok termasuk kelas nomina disetarai penggolong batang. Penggolong di sini tidak lagi membawa arti aslinya. Penggolong dapat dibagi atas dua jenis yaitu numerik (dapat dihitung) dan non-numerik (tidak dapat dihitung).
Frasa Nomina + Non Nomina
Pada frasa nomina + non nomina tidak ada fleksibilitas frasa nomina dengan atribut non nominal artinya seluruh relasi semantis antara induk dan atribut ditentukan oleh atribut non nomina seperti ajektiva atau klausa relatif. Dalam frasa nomina + non nomina ada banyak katagori kata sebagai atribut, selain ajektiva dan klausa relatif ada juga atribut pronominal dan pembilang.
Sifat struktur sintaksisnya alat penyambung untuk menyambung atribut denganinduk disebut perangkai. Frasa perangkaian nomina (konjungsional) tanpa atribut dapat dirumuskan sebagai pokok-pokok bahasan berikut ini:
1) Hirarki penyambungan antara induk dan atribut
Penyambungan bersifat sangat rapat, sehingga konstituen perangkai tidak diperlukan. Tetapi bila penyambungan tidak begitu rapat konstituen dipakai secara opsional. Misalnya pada anak (yang ) telah datang, kata yang wajib hadir. Tetapi pada anak (yang ) cerdas, kata yang tidak wajib hadir.
2) Frasa dengan atribut relatif: beberapa konsep pokok
Disini klausa relatif dibahasa hanya sebagai atribut dalam frasa nominal, yang dipapar sebagai berikut. Pertama, ada istilah anteseden artinya nomina induk mendahului klausa relatif atau nomina induk dengan klausa relatif sebagai atribut. Kedua, klausa relatif ada dua kelas semantisnya yaitu klausa pembuka dan klausa pembatas. Ketiga, konstituen yang memarkahi klausa relatif sebagai klausa relatif disebut perelatif tetapi perelatif tidak perlu berupa perangkai. Keempat, perelatif dapat berupa perangkai pronominal sehingga berstatus argumen. Kelima, perelatif dapat berupa perangkai sebagai penghadit anteseden dalam klausa relatif.
3) Frasa dengan atribut adverbial
Frasa yang berfungsi sebagai adverbial dapat berfungsi sebagai atribut. Pemakaian perangkai yang dalam atribut lokatif yang adalah opsional, contohnya bunga-bunga (yang) di meja ini. Dalam atribut temporal, waktu haruslah definitif untuk dapat memakai yang, contohnya Waktunya (yang) untuk istirahat (kurang) cukup.
4) Frasa dengan atribut non nominal rangkap serial.
Atribut rangkap serial adalah atribut yang bagian- bagiannya tersusun secara koordinatif. Contohnya Pernyataan (yang) itu dan (yang) ini.
5) Frasa dengan atribut non nominal rangkap terkandung
Atribut rangkap terkandung adalah dua atau lebih atribut sedemiian rupa sehingga atribut saling ketergantungan. Contohnya Acara tadi yang menarik itu.
6) Frasa nominal tanpa induk.
Frasa tanpa induk mempertahankan sifat-sifat nominal dari induk yang tidak ada, dan dengan yang sebagai pengganti sehingga frasa dapat menjadi objek preposisi. Contohnya dengan yang itu.
7) Frasa nominal konjungsional.
Frasa nominal yang dipaparkan terdiri atas konstituen induk dan konstituen bawahan, hubungannya bersifat subordinatif, terdiri atas nomina yang dikoordinasi dengan atau tanpa konjungsi. Jadi frasa yang terdiri dari frasa nomina + dan + nomina dipandang sebagai frasa nominal konjungsional paling sedikit.
3. Struktur Frasa Nomina Dan Verbal
1. Struktur frasa nomina adalah frasa yang dibentuk dari kata benda (nomina). Contohnya:
- baju merah - yang dijual di toko
- rumah mewah - yang belajar di rumah
2. Struktur Frasa verbal adalah frara yang mempunyai golongan disentrik yang sama dengan kata verbal. Misalnya, dua orang mahasiswa sedang membaca buku di perpustakaan. Frasa sedang membaca mempunyai distribusi yang sama denga kata verbal membaca. Sementara kata membaca termasuk golongan verbal. Contoh lain yaitu:
- Akan pergi - duduk lagi
- Sudah datang - makan dan minum
- Sering lari - hitam lagi kelam
- Dapat menyanyi - telah datang
- Sering sakit - telah dewasa
- Dapat lulus - sedang bermain
- Baru tidur - tidak belajar
- Bersih dan teratur - cantik molek
Dilihat dari asfek hubungan makna antar unsur dalam frasa verbal maka verasa verbal dapat dapat dikelompokkan berdasarkan sebagai berikut:
· Hubungan penjumlahan
Contohnya: hitam lagi kelam bersih lagi suci
· Hubungan pemilihan
Contohnya: besar atau kecil gemuk atau kurus
Duduk atau berdiri tua muda
Kaya miskin
· Hubungan ragam
Contohnya: mungkin sedang makan mau membaca
Dapat dihukum harus datang
Pasti naik wajib belajar
Tentu mahal boleh pulang
· Hubungan negatif
Contohnya: tidak memperhatikan belum selesai
Bukan belajar tidak teratur
Belum berangkat bukan hitam
Tidak malu
· Hungan asfek
Contohnya: akan pergi akan lari
Akan dijual baru mengetik
Lagi membaca sudah berangkat
Pernah jumpa sedang tidur
Tengah makan masih tidur
Jarang datang sesalu mengingkari
· Hubungan tingkat
Contohnya: kurang cakap amat pandai
Sangat kuat terlalu kurus
Gemuk sekali paling tinggi
C. Penutup
Sebagai simpulan dari ulasan materi di atas, frasa merupakan satuan sintaksis yang tersusun dari dua buah kata atau lebih, yang menempati tiap-tiap fungsi sintaksis. Frasa, sebagai salah satu konstituen penting dalam satuan bahasa ternyata memegang peranan penting dalam proses pembentukan sintaksis. Frasa merupakan konstruksi awal yang perlu dipahami terlebih dahulu untuk memahami sintaksis secara keseluruhan. Dalam satuan bahasa, konstituen frasa terletak pada tataran keempat setelah kata dan sebelum klausa, sehingga frasa dapat menggantikan kata sebagai unsur pembentuk kalimat.
Frasa tidak boleh dipisahkan dari kesatua n fungsinya. Bila urutan-urutan unsur kalimat itu dipindahkan, maka frasa itu harus dipindahkan secara keseluruhan. Frasa juga memiliki bentuk yang fleksibel, artinya kata-kata itu dapat rapat dan renggang. Frasa itu bisa disisipi dengan kata lain. Misalnya frasa di kamar, bisa menjadi frasa di suatu kamar atau di kamar kakek.
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2009. Linguistik Umum. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-Asas Lingustik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
0 Comments: