Psikologi bukan sekedar teori mengenai pikiran manusia
nama juga pratik untuk menyembuhkan mereka yang mentalnya dianggap sakit atau
terganggu. Pusat terpenting dari penyembuhan menurut teori Freud adalah apa
yang dikenal dengan ‘pentranferan’, konfem yang sering banyak dikelirukan
dengan apa yang disebut ‘proyeksi’. Dalam masa perawatan, pihak yang dianalisis
(atau pasien) dapat mulai secara tak sadar ‘mentranfer’ pada diri analisis konfik fisik yang
dideritanya.
Psikoanalisis karya menurut Freud ialah ‘Di mana id pernah berada, di situ akan ada ego’ maksudnya di mana laki-laki dan perempuan seakan dilumpuhkan
oleh kekuatan yang tak dapat mereka mengerti, di situ akal dan penguasaan diri
akan bertakhta.
Psikoanalisis yang merupakan teori dari Freud ini
merupakan istilah khusus dalam penelitian psikologi sastra. Dalam teori
psikoanalisis terdapat id, ego dan super
ego yang merupakan bagian dari alam batin manusia. Apabila ketiga unsur
tidak seimbang maka dari diri manusia mengalami resah, gelisa, tertekan dan
sebagainya namun apabila ketiga unsur seimbang maka manusia akan memperlihatkan
watak yang wajar. Ketidak keseimbang ketiga unsur akan menimbulkan “neurosis”
atau penyakit jiwa bahkan bisa menimbulkan tahap “psikosi” atau disebut gila.
Oleh karena karya satra tidak dapat dipisahkan dari masalah kejiwaan maka perlu
pendekatan psikologi untuk menelitinya.
Id merupakan dorongan-dorongan primitif yang arus
dipuaskan contohnya napsu. Sedangkan ego bertugas
mengontrol id dan ego berikan kata
hati.
Dunia Mimpi dan Fantasi merupakan Gagasan Freud yang
menganggap bahwa mimpi memiliki peranan khusus dalam studi psikologi sastra.
Intinya bahwa karya satra berasal dari mimpi dan fantasi.
Psikoanalisis dapat dikaji dalam bidang pengarang,
karya sastra dan pembaca . psikoanalisis pengarang berkaitan dengan proses
kreatif, psikoanalisis kerya sastra berkaitan dengan mekanisme mimpi dan
fantasis sedangkan psikoanalisis pembaca berkaitan dengan masalah-masalh
psikososial.
Psikoanalisis dapat dikaji dengan teori ekspresi yang
mengatakan karya sastra merupakan ungkapan gagasan atai jiwa pengarang, dengan
melalusi analisis discourse yang
terdapat di dalam teks satra seperti alur, tokor, latar, dan penceritaan. Dalam
melalui tipografi, bunyi, diksi, orkestrasi, citraan dan imaji. Kondensasi
adalah pemadatan, bersifat arbiter dengan meringkas atau menghilangkan
bagian-bagian tertentu yang dianggap tidak layak atau tidak penting. Dalam
cerita rekaan dapat berupa waktu elips (waktu
cerita yang dihilangkan), flas back
(sorot balik). Dalam puisi ditunjukkan oleh ungkapan-ungkapan penuh konotasi,
asosiasi, sugesti, dan poly
interprestable. Dalam cerita rekaan dan puisi tidak ada bedanya, yaitu
pemakaian gaya bahasa metomini, metafor, dan personifikasi.
Bedasarkan teori-teori tersebut, cara yang dapt
digunakan dalam menganaliss karya satra sesuai dengan pendekatan psikoanalisis
adalam memberi interprestasi secara semiotik terhadap wujud-wujud transformasi
(simbolisasi, kondensasi, substitusi) dengan cara menganggapnya sebagai tanda
yang dapat berupa ikon, indeks, atau simbol. Pembahasan ini merupakan wawasan
semiotik sastra.
0 Comments: