2020-11-06

Proses Fonetik dan Terjadinya Bunyi Bahasa

 


Fonetik adalah penyelidikan bunyi-bunyi bahasa tanpa memerhatikan fungsinya untuk membedakan makna ( Verhaar, 1988:12). Para ahli bahasa membagi fonetik menjadi tiga jenis menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris. Dari ketiga fonetik ini yang paling berurusan dengan dunia linguistik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan.

Sayangnya, selama ini kita mengajarkan bunyi-bunyi bahasa tersebut tanpa menghiraukan bahwa semua itu dapat terjadi karena peranan alat-alat bicara manusia. Tanpa alat-alat itu mustahil ujaran bisa dihasilkan seseorang.

Dengan mengenal alat-alat bicara manusia kita bisa memahami bagaimana bunyi-bunyi bahasa diproduksi. Nama-nama bunyi bahasa diambil dari nama-nama alat-alat bicara tersebut misalnya bunyi dental (gigi), nasal dan lain-lain yang berasal dari bahasa latin.

 

Terjadinya bunyi

Sumber energi utama dalam hal terjadinya bunyi bahasa adalah adanya udara dari paru-paru. Udara dihisap ke dalam paru-paru dan dihembuskan keluar bersama-sama waktu sedang bernafas. Udara yang dihembuskan (atau dihisap untuk sebagian bunyi bahasa) itu kemudian mendapat hambatan diberbagai tempat alat bicara dengan berbagai cara, sehingga terjadilah bunyi-bunyi bahasa.

Tempat atau alat bicara yang dilewati diantaranya : batang tenggorok, pangkal tenggorok, kerongkongan, rongga mulut, rongga hidung, atau baik rongga hidung bersama dengan alat yang lain. Pada waktu udara mengalir keluar pita suara dalam keadaan terbuka. Jika udara tidak mengalami hambatan pada alat bicara maka bunyi bahasa tidak akan terjadi, seperti dalam bernafas ( CF. Pike, 1947 : 3-4 ; Lapoliwa, 1981: 2-3).

Syarat proses terjadinya bunyi bahasa secara garis besar dapat dibagi menjadi empat, yaitu proses mengalirnya udara, proses fonasi, proses artikulasi, dan proses oro-nasal ( Ladefoged, 1973: 2-3).

Pada proses terjadinya bunyi, udara dari paru-paru dapat keluar melalui rongga mulut, rongga hidung, atau melalui keduanya sekaligus. Bunyi bahasa yang arus udaranya keluar melalui rongga mulut disebut bunyi oral. Contoh bunyi bahasa yang udaranya  melewati rongga mulut adalah [p], [k], dan [t].

Bunyi bahasa yang arus udaranya keluar melalui rongga hidung disebut bunyi nasal contohnya bunyi [m], dan [n]. Bunyi bahasa yang arus udaranya  keluarnya melalui kedua rongga mulut dan hidung disebut bunyi yang disengaukan atau dinasalkan.

Macam bunyi bahasa yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh ada tdaknya hambatan dalam proses pembuatannya. Pada bunyi [a], [i], [u], [e], dan [o], udara melalui rongga multu tanpa hambatan oleh alat bicara apapun. Sebaliknya, Pada bunyi seperti [m], [p], [b], udara dihambat oleh dua bibir yang terkatup. Pada tempat hambatan seperti itu arus udara dari paru-paru tertahan sejenak dan kemudian dilepaskan .

 

Organ tubuh yang terlibat pada proses produksi suara adalah : paru-paru, tenggorokan (trachea), laring (larynx), faring (pharynx), pita suara (vocal cord), rongga mulut (oral cavity), rongga hidung (nasal cavity), lidah (tongue), dan bibir (lips), seperti dapat d

Organ tubuh ini dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian utama, yaitu : vocal tract (berawal di awal bukaan pita suara atau glottis, dan berakhir di bibir), nasal tract (dari velum sampai nostril), dan source generator (terdiri dari paru-paru, tenggorokan, dan larynx). Ukuran vocal tract bervariasi untuk setiap individu, namun untuk laki-laki dewasa rata-rata panjangnya sekitar 17 cm. Luas dari vocal tract juga bervariasi antara 0 (ketika seluruhnya tertutup) hingga sekitar 20 cm2. Ketika velum, organ yang memiliki fungsi sebagai pintu penghubung antara vocal tract dengan nasal tract, terbuka, maka secara akustik nasal tract akan bergandengan dengan vocal tract untuk menghasilkan suara nasal.

Aliran udara yang dihasilkan dorongan otot paru-paru bersifat konstan. Ketika pita suara dalam keadaan berkontraksi, aliran udara yang lewat membuatnya bergetar. Aliran udara tersebut dipotong-potong oleh gerakan pita suara menjadi sinyal pulsa yang bersifat quasi-periodik. Sinyal pulsa tersebut kemudian mengalami modulasi frekuensi ketika melewati pharynx, rongga mulut ataupun pada rongga hidung. Sinyal suara yang dihasilkan pada proses ini dinamakan sinyal voiced. Namun, apabila pita suara dalam keadaan relaksasi, maka aliran udara akan berusaha melewati celah sempit pada permulaan vocal tract sehingga alirannya menjadi turbulen, proses ini akan menghasilkan sinyal unvoiced. Ketika sumber suara melalui vocal tract, kandungan frekuensinya mengalami modulasi sehingga terjadi resonansi pada vocal tract yang disebut formants. Apabila sinyal suara yang dihasilkan adalah sinyal voiced, terutama vokal, maka pada selang waktu yang singkat bentuk vocal tract relative konstan (berubah secara lambat) sehingga bentuk vocal tract dapat diperkirakan dari bentuk spektral sinyal voiced.

Aliran udara yang melewati pita suara dapat dibedakan menjadi phonation,  bisikan, frication, kompresi, vibrasi ataupun kombinasi diantaranya. Phonated excitation terjadi bila aliran udara dimodulasi oleh pita suara. Whispered excitation dihasilkan oleh aliran udara yang bergerak cepat masuk ke dalam lorong bukaan segitiga kecil antara arytenoids cartilage di belakang pita suara yang hampir tertutup. Frication excitation dihasilkan oleh desakan di vocal tract. Compression excitation dihasilkan akibat pelepasan udara melalui vocal tract yang tertutup dengan tekanan tinggi. Vibration excitation disebabkan oleh udara yang dipaksa memasuki rusang selain pita suara, khususnya lidah. Suara yang dihasilkan oleh Phonated excitation disebut voiced. Suara yang dihasilkan oleh Phonated excitation ditambah frication disebut mixed voiced, sedangkan yang dihasilkan oleh selain itu disebut unvoiced. Karakteristik suara tiap individu bersifat unik karena terdapat perbedaan dalam hal panjang maupun bentuk vocal tract.

 

 

Daftar Pustaka

 

Ladefoged, Peter. 1975.  A Course In Phonetics. Florida: Harcourt Brace & Company

Verhaar, J.W.M. 1988. Pengantar Linguistik Jilid I. Yogyakarta: Gajah Mada University

Previous Post
Next Post

0 Comments: