2020-11-05

Meningkatkan Kualitas dan Penghargaan Karya Sastra Terhadap Mayarakat

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.   Latar Belakang

Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan)  Mursal Esten (1978 : 9).

Semua hal tentang kehidupan ini tidak lepas dari sastra. Dalam sastra semua ilmu mencangkup didalamnya. Namun dengan berkembangnya zaman dan kebiasaan masyarakat, karya satra saat ini mengalami penurunan dalam bidang peminatnya maupun penghargaan karya sastra itu sendiri. “Perkembangan sastra saat ini cukup bagus, hanya saja dari isinnya masih kurang greget. Ini disebabkan karena banyak sastrawan yang tidak suka membaca dan menulis dengan serius,” ujar Taufiq. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya sastrawan yang mengekor pendahulunya.

 

 

B.   Rumusan Masalah

Dari pemasalahan diatas dapat dilihat bahwa pada saat ini diperlukan sousi bagaimana dan apa cara yang harus dilakukan untuk meningkatkat kualitas penghargaan dan jumlah peminat masyarakat terhadap karya satra.

 

 

C.   Tujuan

Dengan terjawabnya rumusan masalah diatas, diharapkan makalah ini dapat menjadi solusi untuk meningkatkat kualitas penghargaan dan jumlah peminat masyarakat terhadap karya sastra.

 

 

BAB II
Pembahasan

Sastra adalah karya cipta dan rasa. Kegiatan kreatif ini juga bisa menjadi sarana untuk pembentukan karakter suatu bangsa yang beradab. Apalagi, dalam sastra kaya akan nilai-nilai. Jika kualitas sastra menurun, bagaimana dengan pembentukan karakter bangsa beradab yang ingin dicapai?

Sastrawan Taufiq Ismail menyampaikan kegelisahannya itu dalam sarasehan kebudayaan bertema ‘Menemukan Kembali Esensi Kebudayaan Indonesia dalam Rangka Membentuk Karakter Bangsa’ di Auditorium UNY, Kamis (27/10). Event digelar oleh Komunitas Studi Budaya, UKMF Muslim Al-Huda dan Mahasiswa FBS UNY.

Dalam penilaian Taufiq, keberlangsungan sastra harus terus digalakkan dan digiatkan sejak dini. Kualitas pembelajaran juga harus ditingkatkan. Diakui, meskipun saat ini banyak bermunculan sastrawan dengan hasil karya yang berjubel, namun dari segi kualitas masih sangat minim.

kualitas membaca dan menulis menjadi pilar dalam mewujudkan sastrawan berkualitas. Pembelajaran sastra di sekolah-sekolah juga mengalami kemunduran.

Membangun sikap apresiatif Mahasiwa pada sastra pada dasarnya adalah membangun minat atau rasa cinta pada karya sastra, dan inilah tujuan terpenting pengajaran sastra. Apresiasi --berasal dari bahasa Inggris appreciation – adalah penghargaan yang didasarkan pada pemahaman.  Menurut Leksikon Sastra Indonesia,  apresiasi sastra adalah kemampuan untuk memahami dan menghargai nilai-nilai yang terkandung di dalam karya sastra. Dengan demikian, di dalam kegiatan apresiasi sastra diperlukan kemampuan untuk menikmati, menilai, menghargai, dan mencintai karya sastra.

Apresiasi sastra akan berjalan baik jika didasari oleh minat yang tinggi pada karya sastra. Minat, menurut KBBI Daring , adalah kecenderungan hati yang tinggi atau gairah terhadap sesuatu. Maka, ‘minat pada sastra’ dapat diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi (gairah) pada sastra, yakni seseorang yang memiliki keinginan kuat untuk menggauli sastra, baik mencipta maupun sekadar menikmatinya sebagai rekreasi batin. Seseorang yang meminati sastra akan merasa hampa jika dalam waktu tertentu tidak bersentuhan de

 

 

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa harus ada perubahan dari pilar yang akan menjadi sastrawan. Pada saat ini para pilar yang akan menjadi sastrawan kurang dalam kualitas membaca dan menulis. Maka dari itu perbanyaklah tambahan bahan bacaan.

Dengan banyaknya muncul generasi sastrawan yang berkualitas maka tidak menutup kemungkinan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra akan mengalami peningkatan. Sehinga masyarakat dapat menikmati, menilai, menghargai, dan mencintai karya sastra.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Esten, Mursal. 1978. Kesusasteraan : Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung : Angkasa

 

Ismail, Taufiql. 2011. Pemakalah Seminar Menemukan Kembali Esensi Kebudayaan Indonesia dalam Rangka Membentuk Karakter Bangsa

Related Posts

1 komentar:

  1. Merkur 37C Safety Razor Review – Merkur 37C
    The Merkur 37c is an excellent short 출장샵 handled DE safety razor. It is more kadangpintar suitable for both heavy and non-slip gri-go.com hands and is therefore a https://deccasino.com/review/merit-casino/ great option for experienced

    BalasHapus