Oleh : Rehana Dzulaicha
Jhon
“Cleo, ini ada undangan untuk kamu, jangan lupa datang ya.”
“Ini gambar yang kamu buat itu, Cleo? Belum diberi warna ya?” pertanyaan Misa menyadarkan lamunanku yang memandangi undangan ulang tahun ditanganku.
“Belum sa, Pensil warnaku banyak yang sudah habis” sambil menatap pensil warna yang hanya tinggal beberapa warna saja.
Bel tanda pulang pun berbunyi, semua murid berhamburan keluar kelas pulang ke rumah masing-masing. Disaat perjalanan menuju rumah, teman-temanku sibuk membahas tentang undangan pesta ulang tahun Dini, mau pakai baju apa dan mau memberikan kado apa menjadi topik perbincangan mereka di sepanjang jalan menuju rumah.
“Kamu mau memberikan kado apa untuk Dini?”
“Aku belum memutuskan untuk membelikan kado apa sa, aku tanya dulu sama ibu”
“Kalau aku akan membelikan boneka untuk Dini, nanti akan aku ajak Ayah kepasar”
Sesampainya di rumah, aku langsung memberikan undangan itu kepada ibu.
“Ini apa, Nak?”
“undangan pesta ulang tahun temanku, Bu. Bagusnya di belikan kado apa ya, Bu?”
“Besok Ibu belikan di pasar. Makanan sudah selesai, kamu makan dulu. Setelah itu bantu Ibu ya, Nak?”
“iya, Bu.” Aku langsung menuju meja makan dan menyantap makan siangku.
Sepulang sekolah aku selalu membantu ibu memetik sayuran di kebun, untuk di jualkan ke pasar esok harinya. Kebunku terletak tepat dibelakang rumahku, tidak terlalu luas. Disanalah Ibu menanam sayuran untuk dijual dan untuk dimasak sehari-hari. Setiap hari waktuku dihabiskan untuk membantu Ibu, karna kami termasuk keluarga yang tidak kaya. Ayahku hanya seorang guru honorer disebuah Madrasah. Selain gaji ayah, uang hasil penjualan sayuran di pasar cukup membantu perekonomian keluargaku. Walaupun begitu, Ibu tidak pernah mengeluh kepada Ayah jika uang untuk kebutuhan rumah tangga tidak cukup. Ibu adalah orang yang sabar, mau membantu suaminya untuk sekedar memenuhi kebutuhan dapur. Ayah adalah seorang yang pekerja keras, sepulang dari mengajar ayah kembali bekerja disebuah toko galon isi ulang sebagai kuli antar. Walaupun ayah bekerja seharian, tetapi ayah tidak pernah menampakkan wajah lelahnya kepada kami. Ayah selalu bilang “Apabila kita bekerja dengan ikhlas, capek yang kita rasa akan terbalaskan”. Benar, hampir setiap bulan Ayah selalu diberi uang tambahan oleh pemilik galon isi ulang itu.
Pesta ulang tahun Dini sangat meriah, semua teman-temannya datang menghadiri pesta ulang tahun yang ke sepuluh itu. Pada hari itu Dini terlihat sangat cantik dengan gaun merah jambunya, dan rambut yang dikuncir dua. Dini mendapatkan hadiah yang sangat banyak, ada yang kecil, sedang, dan besar ukurannya. Hari ini aku sangat tidak bersemangat untuk pergi ke pesta Dini karena aku takut jadi bahan ejekan temanku apabila aku datang dengan membawa kado ini.
“Terima kasih Misa, aku sangat suka bonekanya. Kamu memang tau apa yang aku suka”
“Sama-sama Dini, kan aku selalu memperhatikan kalau kamu suka dengan panda.” Jawab Misa dengan hati yang bahagia karena Dini menyukai hadiah yang dia berikan.
“Terima kasih juga Cleo atas hadiahnya, walaupun aku tidak membutuhkan itu saat ini”
“Sama-sama Dini, kamu akan membutuhkannya apabila kenaikan kelas nanti” jawabku sekenanya.
Aku tidak mengerti kenapa Ibu selalu memberikan buku untuk hadiah ulang tahun temanku, setiap aku tanya Ibu selalu memberikan jawaban “dia lebih membutuhkan ini dari pada yang lain”. Dua minggu lagi adalah hari kelahiranku, aku sudah menebak kalau pada hari itu tidak akan ada pesta ulang tahun. Ayah dan Ibu selalu menolak untuk membuat pesta ulang tahunku karena ayah beranggapan lebih baik uangnya di tabung dari pada harus membuat pesta yang hanya membuang uang saja.
Setelah bel tanda pulang berbunyi aku langsung berlarian menuju rumah dan meninggalkan teman-temanku, jika aku pulang bersama mereka bukan hanya mengucapkan selamat ulang tahun mereka juga akan menanyaiku kenapa tidak membuat pesta ulang tahun. Oleh karena aku tidak mau ditanyai, aku lebih memilih pulang sendiri.
Sesampainya dirumah, aku tidak menemukan Ibu didalam rumah. Mungkin sekarang ibu sudah berada dikebun, pikirku. Saat aku membuka tudung saji dimeja makan. Aku dikejutkan oleh sebuah kotak kado yang bertuliskan ‘Hadiah untuk Cleo’. Benda yang ada didalam bungkusan kado itu adalah hadiah pertama dari Ayah dan Ibu dan menjadi Benda kesayanganku. Dengan adanya benda ini, semua gambarku tidak hanya bewarna hitam putih saja.
0 Comments: