FENOMENA POLITIK
DI DESA TANGGIR DALAM NOVEL DI KAKI BUKIT
CIBALAK KARYA AHMAD TOHARI
(Analisis Sosiologi Sastra)
Rinaldi S.
1510722022
Program
Studi Sastra Indonesia
Fakultas Imu Budaya Universitas Andalas
E-mail: rinaldi.ids@gmail.com
Abstrak
Novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari menceritakan kehidupan masyarakat di Desa Tanggir dengan segala permasalahannya yang cukup kompleks. Novel ini diulas dengan pendekatan sosiologi sastra yang difokuskan ke fenomena dengan cara menganalisis koherensi unsur-unsur data teks dan data genetik. Hasil Analisis menunjukkan bahwa koherensi antara data teks novel dengan realitas kemasyarakatan zaman sekarang banyak mengalami perubahan yang dikarenakan banyak hal. Dari data genetik novel, dapat disimpulkan bahwa pengarang menulis novel karena naluri. Temuan hasil analisis yaitu fenomena politik di desa Tanggir yang diceritakan dalam novel tidak jauh dari latar belakang Ahmad Tohari sebagai Jurnalis.
Kata Kunci: novel, sosiologi sastra, fenomena politik
PENDAHULUAN
Fenomena-fenomena yang diangkat oleh seorang sastrawan dalam karya sastra meliputi segala aspek kehidupan yang dialami oleh masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Waluyo (2002) yang menyatakan bahwa latar belakang yang ditampilkan meliputi tata cara kehidupan, adat-istiadat, kebebasan, sikap, upacara adat, dan agama, dalam cara berfikir, cara memandang sesuatu, dan sebagainya.
Karya sastra merupakan suatu gambaran tertulis dari imajinasi penulisnya dengan maksud menyampaikan suatu pesan melalui karyanya tersebut. Dengan demikian, tugas pengarang bukan hanya sekadar mengemas cerita hingga menarik pembacanya, melainkan juga mengemas fenomena-fenomena kehidupan yang baik ke dalam sebuah cerita yang menarik seperti fenomena politik.
Sosiologi sastra Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 855). Sosiologi Sastra merupakan pengetahuan tentang sifat dan perkembangan masyarakat dari atau mengenai sastra. Karya para kritikus dan sejarawan yang terutama mengungkapkan pengarang yang dipengaruhi oleh status lapisan masyarakat tempat ia berasal, ideologi politik dan sosialnya, kondisi ekonomi serta khalayak yang ditujunya.
Analisis sosiologi sastra merupakan analisis sastra yang menghubungkan antara novel dengan masyarakat. Pada dasarnya kajian sosiologi sastra mencakup kajian objektif dan genetik. Kajian objektif tersebut mencakup kajian data teks novel dan kajian genetik merupakan kajian tentang pengarang novel. Dari hal-hal tersebut maka dalam jurnal ini akan dibahas tentang koherensi unsur-unsur data objektif dan data genetik novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
Tujuan umum penelitian ini adalah menerapkan salah satu pendekatan dalam karya sastra, yaitu pendekatan sosiologi sastra yang difokuskan ke fenomena politik dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari dengan cara menganalisis koherensi unsur-unsur data teks dan data genetik.
Secara etimologis, istilah novel berasal dari kata novellus yang berarti baru. Jadi, novel memiliki definisi bentuk karya sastra cerita fiksi yang paling baru. Di antara cerita pendek dan roman, novel memiliki ciri-ciri lainnya, yaitu bahwa pelaku utamanya mengalami perubahan nasib hidup. Pada intinya, novel adalah cerita karena fungsi novel adalah bercerita dan aspek terpenting novel adalah menyampaikan cerita.
Sebuah novel memiliki unsur-unsur data teks yang perlu dianalisis kebenarannya. Analisis tersebut berkaitan dengan kesesuaian antara latar dalam cerita dengan latar pada kehidupan nyata. Fokus kajian tersebut, seperti kondisi sosial masyarakat dalam cerita dengan kondisi sosial masyarakat sesungguhnya, hubungan dialogis dan dialektis yang terbentuk antara kondisi teks dan kondisi sosial masyarakat, dan sebagainya. Pada hakikatnya, koherensi unsur-unsur data teks novel atau data objektif yakni menekankan pada nilai karya sastra itu sendiri dan menjadikan karya sastra sebagai sumber informasi yang objektif dan kemudian dikaitkan dengan fenomena yang terjadi dalam masyarakat sekarang.
Selain koherensi data teks novel, data genetik novel juga penting untuk dianalisis. Data genetik adalah data yang berkaitan dengan manusia sebagai pengarang novel. Data tersebut bersumber dari latar belakang kehidupan novelis, karya-karyanya, hubungan antara karya sastra dengan kehidupannya, dan sebagainya. Pada hakikatnya analisis data genetik memaknai pengarang sebagai bagian dari masyarakat yang telah menciptakan karya sastra. Latar belakang kehidupan pengarang yang berisi perkembangan intelektual, karier, emosi, dan perilakunya yang dapat direkontruksi dan dinilai berdasarkan sistem nilai etika dan norma kehidupan lainnya.
PEMBAHASAN
Data Teks Novel
Novel Di Kaki Bukit Cibalak menceritakan kehidupan masyarakat di Desa Tanggir dengan segala permasalahannya yang cukup kompleks. Cerita ini terinspirasi dari kehidupan di Desa Tanggir yang berada di daerah kaki Bukit Cibalak. Itulah sebabnya novel ini berjudul Di Kaki Bukit Cibalak. Novel Di Kaki Bukit Cibalak memiliki unsur instrinsik sebagai berikut.
1. Tema
Tema novel ini adalah kehidupan sosial. Secara garis besar, dalam novel ini muncul beberapa konflik yang cukup kompleks, di antaranya adalah konflik sosial, percintaan, dan batin.
2. Tokoh dan Penokohan
Dalam novel ini ditampilkan beberapa tokoh yang berpengaruh dengan fenomena politik di desa Tanggir, seperti: Pambudi sebagai tokoh utama, cakap, baik hati, rela berkorban, tidak mudah putus asa, bijaksana, dan berumur 24 tahun; Sanis sebagai tokoh pendamping tokoh utama, anak modin di Tanggir, cantik, menawan; Pak Dirga adalah seorang Lurah, pergaulannya luas, luwes, pandai bermain bola, pandai berjudi, dan gemar berganti istri, curang, licik dan jahat; Pak Badi sebagai pesaing Pak Dirga dalam pemilihan calon Lurah; Poyo sebagai teman Pambudi dan kaki tangan Pak Dirga, kaya dan licik; Bambang Sumbodo sebagai anak Pak Camat dan pengagum Pambudi, ganteng, kaya, dan cerdas; Mbok Ralem sebagai tokoh malang yang berperan penting dalam perubahan nasib Pambudi, penurut, dan tidak serakah; Pak Barkah adalah pemimpin redaksi dan pemilik penerbitan Kalawarta, bijaksana, dan suka menolong.
3. Latar
Latar dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak meliputi: latar tempat, yakni sekitar kaki Bukit Cibalak, halaman balai desa, kantor Pak Dirga, rumah Mbok Ralem, di depan pasar Desa Tanggir, Rumah Sakit, Yogyakarta, losmen, kantor Redaksi Kalawarta; latar waktu meliputi pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari; latar suasana: kekaguman, ketegangan, ketakutan, bahagia, sedih.
Data Genetik Novel
Ahmad Tohari lahir di Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah, pada 13 Juni 1948. Beliau lahir dan tumbuh di keluarga sederhana dan di lingkungan yang religius. Beliau termasuk sastrawan Indonesia yang menghasilkan karya-karya yang luar biasa. Beliau menamatkan SMA di Purwokerto, sempat kuliah di Fakultas Ilmu Kedokteran Ibnu Khaldun, Jakarta (1967-1970), Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto (1974-1975), dan Fakultas Sosial Politik Universitas Jenderal Soedirman (1975-1976).
Ahmad Tohari pernah menjadi staf redaktur harian Merdeka, majalah Keluarga, dan majalah Amanah, terbitan Jakarta. Karya trilogi Ronggeng Dukuh Paruk-nya telah terbit dalam edisi Jepang, Jerman, Belanda, dan Inggris dengan judul The Dancer yang diterjemahkan oleh Rene T.A. Lysloff. Beberapa penghargaan pernah diraihnya, di antaranya The Fellow of The University of Iowa dari International Writing Programme di Iowa City, Amerika Serikat tahun 1990. Trilogi ini juga difilmkan oleh sutradara Ifa Irfansyah dengan judul Sang Penari (2011).
Salah satu karya Ahmad Tohari yang berperan penting dalam perjalanan kariernya adalah novel Di Kaki Bukit Cibalak. Cerita ini pertama kali terbit di surat kabar Kompas yang kemudian dibukukan dalam novel oleh PT Gramedia Pustaka Utama, sampai sekarang telah diterbitkan sebanyak tiga kali edisi cetak (1986, 2001, dan 2005). Inspirasi penulisan novel Di Kaki Bukit Cibalak adalah peristiwa pemilihan Kepala Desa di desa Tinggarjaya tahun 1975-an, dengan ide pokok kritik sosial dari proses pemilihan Kepala Desa tersebut yang penuh intrik dan mitos mitologi, yang menyebabkan calon-calon pemimpin yang baik tidak dijamin dapat terpilih, dan pemenangnya adalah yang berusaha menguasai masyarakat sebelum dia menjadi pemimpin.
Beliau memilih untuk menulis hal-hal yang sudah dimengertinya. Tentang kehidupan desa, sawah, dan dunia Banyumas-lah yang beliau sangat kuasai dan digambarkan dalam Novel Di Kaki Bukit Cibalak yang mengangkat tema sosial dan mengerucut pada permasalahan politik. Menurutnya, politik tidak dapat lepas dari kehidupan masyarakat. Pandangannya terhadap politik cukup kritis karena beliau sempat mengenyam bangku kuliah di Fakultas Sosial Politik Universitas Jenderal Soedirman (1975-1976).
Fenomena Konflik Politik di Desa Tanggir dalam Novel
Banyak hal dapat ditemukan di dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak, namun yang dominan muncul adalah konflik sosial di desa Tanggir yang tedapat fenomena politik. Konflik ini terjadi karena ketidakberesan pemerintahan Lurah desa Tanggir yaitu Pak Dirga. Dari awal kompetisi pemilihan Lurah, dia sudah menunjukkan kecurangan yang akhirnya mengantarkannya duduk sebagai Lurah desa Tanggir. Setelah menjadi Lurah, dia melakukan penyelewengan dana kas lumbung koperasi desa Tanggir. Dia tidak mau menolong Mbok Ralem yang notabennya warga miskin yang membutuhkan bantuan pemerintah desa demi penyembuhan penyakitnya. Pak Dirga bersama Poyo (pengurus lumbung desa Tanggir) melakukan manipulasi pada laporan keuangan lumbung desanya.
Uang yang seharusnya dialokasikan untuk keperluan masyarakatnya justru digunakan untuk kepentingan pribadi Pak Dirga dan Poyo. Kedaan desa Tanggir semakin kacau dibawah kepemimpinan Pak Dirga yang sangat tidak amanah. hal ini, kekuasaan dimiliki oleh orang yang kuat, meskipun kekuatan itu adalah kekuatan yang penuh dengan kelicikan dan kecurangan. Selain konflik politik yang penuh kecurangan, muncul konflik batin. Konflik batin menjadi bagian yang peneliti amati karena dalam konflik ini berimbas pada tindakan yang berkaitan dengan orang lain.
Akibat konflik politik tersebut timbulah konflik batin yang dialami oleh Pambudi saat memilih untuk mundur dari kepengurusan lumbung koperasi karena dia tidak sepemikiran dengan pengurus lainnya dan Lurah desa Tanggir. Namun, Pambudi ingin membantu masyarakat desa Tanggir yang membutuhkan bantuan. Untuk solusi hal ini, Pambudi memilih untuk membantu dengan caranya sendiri yaitu dengan pergi kuliah ke yogya dan bekerja di kantor Redaksi Kalawarta sebagai jurnalis dan mempublikasikan semua masalah pemerintahan desa Tanggir sehingga Pak Dirga diberhentikan sebagai Lurah desa Tanggir.
Novel yang ditulis dengan latar waktu tahun 70-an ini masih relevan dibaca sampai sekarang. Kecurangan Lurah Dirga dengan politik uang dalam pemilihan lurah, ketidakjujurannya dalam menggunakan uang kas lumbung desa masih menjadi masalah di masa ini, sejak tingkat desa sampai tingkat pusat. Politik uang Pilkada, korupsi masih marak bahkan mungkin lebih menggila.
Ahmad Tohari berhasil memotret zaman melalui penanya dengan cerita-cerita yang dikemas sesuai kesaksian sejarah yang dibalut fiks dan kritik sosial yang menghibur.
KESIMPULAN
Berdasrkan ulasan pada hasil analis dapat disimpulkan bahwa suatu karya tidak lepas dari latar belakang pengarangnya. Hal ini terlihat dari latar belakang Ahmad Tohari sebagai jurnalis berhasil memotret zaman melalui penanya dengan cerita-cerita yang dikemas sesuai kesaksian sejarah yang dibalut fiks, kritik sosial yang menghibur dan disertai dengan solusi untuk mengatasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen dan kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Endraswara, S. (2011). Metodologi Penelitian Sosiologi Sastra. Yogyakarta: CAPS.
Kurniawan, H. (2012). Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tohari, A. (2005). Di Kaki Bukit Cibalak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Waluyo, Herman J. 2002. Pengkajian Sastra Rekaan. Salatiga: Widyasari Press.
0 Comments: